Implementasi Kurikulum
Kurikulum merupakan salah satu instrumen penting dalam proses pendidikan, dan selalu mengalami proses pembaharuan seiring dengan perkembangan yang terjadi di masyarakat, yang mana sasaran utamanya adalah peserta didik, masyarakat, dan subjek yang akan diajarkan. Oleh sebab itu, pembaharuan atau pengembangan kurikulum harus dipandang sebagai suatu tuntutan perubahan agar kurikulum yang berlaku tetap memiliki relevansi dengan kebutuhan masyarakat.
Sebelum kurikulum diimplementasikan, maka diperlukan peninjauan secara berkala untuk mengetahui apakah dinamika perkembangan bidang-bidang keilmuan yang dituangkan dalam bentuk materi pelajaran dan metode penyampaiannya telah sesuai. Karenanya, para perencana dan pengembang kurikulum perlu melakukan analisis secara cermat dan selanjutnya menyusun rencana pembelajaran dengan menentukan model serta mengatur strategi pembelajaran dan mengimplementasikannya ke dalam Proses Belajar Mengajar (PBM).
Menurut J.P. Miller dan W. Seller (1985), ketika implementasi kurikulum dipertimbangkan menjadi suatu yang harus dilaksanakan, ada sesuatu yang baru sebagai inovasi yang mesti dipertimbangkan untuk dimasukkan dalam kurikulum. Implementasi inovasi dalam pengembangan kurikulum akan mempengaruhi interaksi antarindividu dalam kelas dan lembaga yang bertanggungjawab terhadap pendidik dan juga satuan pendidikan di mana inovasi itu diimplementasikan.
Tidak sedikit dari pengelola satuan pendidikan yang menganggap, bahwa kurikulum hanya sekadar kumpulan dari mata pelajaran dan metode pengajaran yang akan disampaikan kepada para peserta didik. Sehingga tidak banyak pengembangan atau inovasi yang dilakukan, kecuali bila terjadi perubahan atau peyempurnaan kurikulum yang dilakukan oleh pemerintah, dalam hal ini adalah Kementerian Pendidikan Nasional.
Dalam implementasi kurikulum, pengelola satuan pendidikan belum melakukan peninjauan secara berkala untuk mengetahui apakah dinamika perkembangan bidang-bidang keilmuan yang dituangkan dalam bentuk materi pelajaran dan metode penyampaiannya telah sesuai. Juga masih mengabaikan kegiatan analisis dalam menyusun rencana pembelajaran dengan menentukan model serta mengatur strategi pembelajaran untuk diimplementasikan ke dalam PBM. Pengelola satuan pendidikan juga kurang acuh terhadap faktor-faktor penting dalam implementasi kurikulum, antara lain adalah sosialisasi dan pembekalan para pendidik serta keterlibatan orang tua peserta didik (komite sekolah).
A. Pengertian Implementasi Kurikulum
Implementasi adalah pelaksanaan (Penyusun, 2008) di mana Browne dan Wildavsky dalam Usman (2004) dan Setiawan (2004), mengemukakan makna implementasi sebagai perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan. Sedangkan kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish (Subandijah, 1993). Hal ini dapat dimaknai, bahwa kurikulum adalah jarak waktu pendidikan yang harus dilalui oleh peserta didik yang bertujuan untuk memperoleh pengakuan yang biasanya dalam bentuk ijazah atau sertifikat. Kurikulum juga dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu (Hamalik, 2013). Kurikulum juga dikatakan sebagai seperangkat interaksi bertujuan yang secara langsung maupun tidak langsung dirancang untuk memfasilitasi belajar agar lebih bermakna (Miller dan Seller, 1985). Sehingga kurikulum dapat diumpamakan sebagai organisme yang mempunyai komponen-komponen terdiri dari: tujuan, isi atau materi, proses atau penyampaian, media atau penilaian (Sukmadinata, 2002).
Dua hal yang tersirat dalam pengertian kurikulum adalah: 1) program atau rencana; yakni rencana atau program belajar yang juga dikenal sebagai kurikulum potensial dalam bentuk buku pedoman kurikulum yang berisi tentang garis-garis besar program pembelajaran (silabus), dan 2) pengalaman belajar atau kegiatan nyata; yakni progam pengalaman belajar peserta didik yang dikenal dengan kurikulum aktual.
Pandangan para ahli mengenai kurikulum sejalan dengan pengertian kurikulum yang masih lazim dipakai di dunia pendidikan Indonesia, yakni: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu” (UU No. 20 tahun 2003 Sisdiknas, Pasal 1, Ayat 19). Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi, dan potensi daerah, satuan pendidikan, dan peserta didik. Jadi, pengertian kurikulum tidak terbatas dalam ruang kelas saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan di luar kelas.
Implementasi kurikulum diwujudkan dalam bentuk pengalaman belajar dengan prinsip-prinsip yang menjadikannya lebih mudah dan lebih efektif untuk dikomunikasikan ke berbagai pihak seperti pimpinan sekolah, pendidik, pengawas sekolah, dan staf pendukung lainnya. Implementasi merupakan bagian dari keseluruhan manajemen kurikulum yang mencakup pengembangan kurikulum (curriculum development), implementasi (implementation), umpan balik (feedback), evaluasi (evaluation), modifikasi (modification), dan konstruksi kurikulum (curriculum construction).
B. Prinsip Implementasi Kurikulum
Dalam pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan terdapat prinsip-prinsip yang menunjang tercapainya implementasi kurikulum, sebagaimana yang dikemukakan Hamalik (2013) berikut:
- Perolehan kesempatan yang sama; prinsip ini mengutamakan penyediaan tempat dengan memberdayakan semua peserta didik secara demokratis dan berkeadilan untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
- Berpusat pada anak; adanya upaya memandirikan peserta didik untuk belajar, bekerja sama, dan menilai diri sendiri.
- Pendekatan dan kemitraan; seluruh pengalaman belajar dirancang secara berkesinambungan, mulai dari Taman Kanak-kanak, kelas I hingga kelas XII. Pendekatan yang digunakan dalam pengalaman belajar difokuskan pada kebutuhan peserta didik yang bervariasi dan mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu. Hal ini menuntut kemitraan dan menjadi tanggung jawab bersama antara peserta didik, pendidik, satuan pendidikan, dunia kerja dan industri serta orang tua dan masyarakat.
- Kesatuan dalam kebijakan dan keberagaman dalam pelaksanaan; standar kompetensi disusun oleh pusat, namun cara pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing daerah atau sekolah.
C. Tahapan-tahapan Implementasi Kurikulum
Dalam implementasi kurikulum ada perencanaan kurikulum, pelaksanaan kurikulum, dan penilaian terhadap pelaksanaan kurikulum (Mulyasa, 2003). Hal ini senada dengan apa yang disampaikan (Hamalik, 2007) berikut ini:
- Tahap perencanaan; menetapkan tujuan tertulis dalam visi dan misi satuan pendidikan.
- Tahap pelaksanaan; menjadikan perencanaan sebagai pihak yang terlibat dalam pelaksanaan dengan berbagai pengarahan dan motivasi agar setiap yang terlibat dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai peran, tugas, dan tanggung jawab masing-masing.
- Tahap evaluasi; merupakan proses penilaian sesuatu berdasarkan kriteria tertentu yang akan menghasilkan kumpulan data atau informasi yang dibutuhkan.
D. Faktor-faktor yang Memengaruhi Implementasi Kurikulum
- Faktor perencanaan; implementasi kurikulum membutuhkan perencanaan yang baik dan jelas mengenai bagaimana organisasi dan mekanisme implementasi, tahapan-tahapan implementasi, kegiatan apa yang harus dilakukan dalam setiap tahapan itu, kapan waktu pelaksanaannya, siapa yang harus bertanggung jawab dalam setiap tahapan dan setiap kegiatan, kebutuhan logistik apa yang diperlukan, serta berapa sumber daya dan biaya yang diperlukan.
- Faktor substansi (isi) kurikulum; dapat mencakup karakteristik kurikulum, seperti: (a) apakah memiliki kejelasan, baik tujuan, pendekatan, dan atau pun tata kelolanya, (b) realistik dan relevan sehingga memperkuat kontekstualitas implementasinya, dan (c) kerangka konseptual yang mendasari pengembangan kerangka isi konseptual bahan ajar. Newstead (1999) mengemukakan beberapa faktor substansi kurikulum, seperti: (a) errors in the construction of the document, (b) content errors, and (c) in appropriate content. Faktor pertama adalah kelemahan dalam konstruksi kurikulum, baik perencanaan maupun pengembangannya. Faktor kedua adalah kesalahan dalam hal isi kurikulum; dapat menyebabkan anak menerima materi yang tidak standar dan akan berimplikasi pada kemampuan anak untuk kompetitif. Sedangkan Faktor ketiga adalah kesesuaian isi kurikulum; yaitu kesesuaian dengan tingkat perkembangan inteligensi, sosial, dan moral anak.
- Faktor pendidik; Altirchter menyebutkan tiga faktor penting dari guru sebagai faktor-faktor yang membatasi implementasi kurikulum, yaitu: (a) competencies and attitude, (b) decision-making participation, and (c) quality of collegial relationship. Ketiga faktor yang dikemukakan Altirchter menunjuk pada kompetensi; baik kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian maupun kompetensi sosial.
- Faktor iklim dan budaya sekolah; inovasi-inovasi baru dapat mencakup: tema-tema yang diusung, tata kelola, pendekatan dalam proses pembelajaran, muatan dan isi kurikulum, dan atau sistem penilaian. Inovasi membutuhkan perubahan dalam pola pikir, sikap, dan juga iklim serta budaya sekolah. Sehingga guru dalam tugas kesehariannya membutuhkan perubahan mind set atau perubahan cara berpikir dan sikap terhadap pendekatan pembelajaran yang ilmiah (scientific approach) yang mengedepankan aktivitas belajar secara ilmiah seperti mengamati, menanya, mencoba, menganalisis, menyimpulkan, dan mengevaluasi. Untuk itu, iklim sekolah harus diciptakan dan dibangun sehingga memberi ruang terbentuknya sikap dan perilaku ilmiah dalam proses pembelajaran.
- Faktor sarana dan prasarana; dalam implementasi kurikulum baru, sarana dan prasarana terdiri atas: (a) buku pelajaran, (b) laboratorium peralatan dan bahan yang harus tersedia dalam rasio yang mencukupi dan yang memenuhi standar mutu minimal laboratorium, (c) ketersediaan berbagai media pembelajaran baik jenis, bentuk maupun model, yang mana media-media pembelajaran tersebut dapat berupa media cetak, elektronik, maupun media berbasis lingkungan sekolah, dan (d) aksesibilitas penggunaan sarana dan prasarana oleh peserta didik dan pendidik.
- Faktor peran kepala sekolah; fungsi manajerial kepala sekolah mencakup fungsi perencanaan, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi, serta fungsi pengembangan. Dimba (2001) mengemukakan lima aspek penting dari peran kepala sekolah dalam implementasi kurikulum, yaitu: (a) kemampuan kepala sekolah dalam mengorganisir kegiatan pengembangan; seperti inservice training programmes, workshop, staff development meetings and by inviting experts, (b) mengembangkan strategi implementasi yang beragam untuk membimbing guru, (c) melakukan kolaborasi dengan pengguna (stakeholders) dalam menata kelola perubahan kurikulum, (d) melibatkan stakeholders dalam manajemen implementasi, dan (e) melibatkan orang tua dalam implementasi.
E. Model-model lmplementasi Kurikulum
Para ahli berbeda dalam mengemukakan model-model implementasi kurikulum. Salah satu pakar, J.P. Miller dan W. Seller (1985) berpendapat, setidaknya ada tiga model implementasi kurikulum yang akomodatif terhadap persoalan yang muncul di lapangan sebagai berikut:
- Concern-Based Adoption Model (CBAM); adalah Model Adopsi Berbasis Penyikapan, merupakan kerangka kerja konseptual yang mendeskripsikan, menjelaskan, dan memprediksi kemungkinan perilaku guru di seluruh sekolah dalam melakukan suatu bentuk perubahan guna meningkatkan pembelajaran, dalam hal ini memberikan inovasi dalam pembelajaran yang berbasis kurikulum (Gene E. Hall, 2009).
- The innovation profile model; model ini dikembangkan oleh Leithwood (1982), memungkinkan guru dan pengembang kurikulum untuk mengembangkan profile (gambaran) yang menjadi hambatan dalam melakukan perubahan sehingga guru dapat mengatasi hambatan tersebut.
- TORI Model (Trust, Opening, Reallization dan Independency); model ini dikembangkan berdasarkan kepada orientasi kurikulum transformasional (transformation curriculum). Model TORI ini memberikan suatu skala yang membantu para guru mengidentifikasi seberapa besar lingkungan sekolah dapat menerima dan mengimplementasikan suatu inovasi (termasuk dalam implementasi kurikulum) serta memberikan panduan untuk memudahkan implementasi perubahan.
BIBLIOGRAFI
Altrichter, H. (2005). Curriculum Implementation–Limiting and Facilitating Factors. In Waxmann (Ed.), Context Based Learning of Science. Waxmann: Münster. Peter Nentwig and David Waddington.
Dimba, F. M. (2001). The Role of Principals in Managing Curriculum Change, Department of Educational Planning and Administration University of Zululand (pp. 60–62). www.uzspace. uzulu.ac.za
Gene E. Hall, S. M. H. (2009). Mengukur Pelaksanaan di Sekolah: Menggunakan Tools dari Concerns Based Adoption Model (CBAM).
Altrichter, H. (2005). Curriculum Implementation–Limiting and Facilitating Factors. In Waxmann (Ed.), Context Based Learning of Science. Waxmann: Münster. Peter Nentwig and David Waddington.
Dimba, F. M. (2001). The Role of Principals in Managing Curriculum Change, Department of Educational Planning and Administration University of Zululand (pp. 60–62). www.uzspace. uzulu.ac.za
Gene E. Hall, S. M. H. (2009). Mengukur Pelaksanaan di Sekolah: Menggunakan Tools dari Concerns Based Adoption Model (CBAM).
Hamalik, O. (2007). Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum (1st ed.). Remaja Rosda Karya.
Hamalik, O. (2013). Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara.
J.P. Miller dan W. Seller. (1985). Curriculum Perspectives and Practice (Longman, Ed.).
Labane, N. (2009). Planning and Managing Curriculum Implementation in Rural Schools: an Investigation (p. 4). Nelson Mandela Metropolitan University. www.dspace.nmmu.ac.za:8080.
Larson, F. W. E. and R. L. (2018). Curriculum Management for Education and Social Service Organization (p. 1). www. angelfire.com.
Mulyasa. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Remaja Rosdakarya.
Newstead, K. B. and K. (1999). Obstacles to Implementation a New Curriculum (p. 4). www.academic.sun.ac.za.
Penyusun, T. (2008). Kamus Besar Indonesia. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Sanjaya, W. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Prenada Media Grup.
Setiawan, G. (2004). Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Remaja Rosdakarya Offset.
Silver, R. E. (2004). Curriculum Implementation in Early Prymary Schooling in Singapore (p. 2). www.nie.edu.sg.
Subandijah. (1993). Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Raja Grafindo Persada.
Sudjana, N. (1996). Pembinaan dan pengembangan Kurikulum di Sekolah (3rd ed.). Sinar Baru Algesindo.
Sukmadinata, N. S. (2002). Pengembangan Kurikulum. Remaja Rosdakarya.
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1, Ayat 19.
Usman, N. (2004). Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Grasundo.
Hall, G.E., George, A.A., & Rutherford, W.L. 1979. Measuring stages of concern about the innovation: A manual for use of the SoC questionnaire (2nd ed.). Austin, TX: Southwest Educational Development Laboratory.
Hall, G.E., & Hord, S. M. 2001. Implementing change:Patterns, principles, and potholes. Boston: Allyn and Bacon.
Hamalik, O. (2007). Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum (1st ed.). Remaja Rosda Karya.
Hamalik, O. (2013). Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara.
J.P. Miller dan W. Seller. (1985). Curriculum Perspectives and Practice (Longman, Ed.).
Labane, N. (2009). Planning and Managing Curriculum Implementation in Rural Schools: an Investigation (p. 4). Nelson Mandela Metropolitan University. www.dspace.nmmu.ac.za:8080.
Larson, F. W. E. and R. L. (2018). Curriculum Management for Education and Social Service Organization (p. 1). www. angelfire.com.
Mulyasa. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Remaja Rosdakarya.
Newstead, K. B. and K. (1999). Obstacles to Implementation a New Curriculum (p. 4). www.academic.sun.ac.za.
Penyusun, T. (2008). Kamus Besar Indonesia. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.
Sanjaya, W. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Prenada Media Grup.
Setiawan, G. (2004). Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Remaja Rosdakarya Offset.
Silver, R. E. (2004). Curriculum Implementation in Early Prymary Schooling in Singapore (p. 2). www.nie.edu.sg.
Subandijah. (1993). Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Raja Grafindo Persada.
Sudjana, N. (1996). Pembinaan dan pengembangan Kurikulum di Sekolah (3rd ed.). Sinar Baru Algesindo.
Sukmadinata, N. S. (2002). Pengembangan Kurikulum. Remaja Rosdakarya.
Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1, Ayat 19.
Usman, N. (2004). Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Grasundo.
Posting Komentar