Carousel

Senin, 15 Mei 2023

Internalisasi Nilai-nilai Karakter dalam Budaya Banjaran Pesantren Musthafawiyah Purbabaru (Bagian 2)

Bagian 2: Internalisasi Nilai-nilai dalam Pembentukan Sikap dan Perilaku


Kurikulum dan Sistem Pembelajaran Klasik

Eksplorasi lain terhadap keunggulan Pesantren Musthafawiyah adalah budaya dan pembelajaran kutual-turâth. Budaya Pesantren Musthafawiyah adalah pembelajaran dengan materi bahasa Arab terdiri dari pelajaran al-nawual-sharfal-mafûzhât, dan kitab-kitab klasik berbahasa Arab.

Kegiatan mudhâkarah membentuk keunggulan santri dalam hal komunikasi terutama penguasaan kutub al-turâth. Analisis terhadap kelemahan sistem banjaran adalah disiplin berbahasa, alasannya dalam kehidupan banjar sehari-hari tidak ada pembiasaan terhadap percakapan bahasa Arab. Bahkan, santri yang berasal dari luar Kota Mandailing Natal mampu berbahasa Mandailing setelah dua tahun tinggal di Musthafawiyah.

Kelemahan lain adalah metode pengajaran kitab oleh beberapa komunitas banjar masih menggunakan bahasa daerah. Padahal, mayoritas pondok pesantren sudah mengarah kepada peningkatan bahasa Arab. Idealnya, keterampilan berbahasa Arab akan memudahkan santri dalam penguasaan kitab berbahasa Arab, tidak hanya kutub al-turâth, apabila dilaksanakan, maka nilai-nilai budaya banjaran dapat diimplementasikan dengan sempurna.

Membentuk Sikap dan Perilaku

Pesantren Musthafawiyah menerapkan sistem pembelajaran klasik, sedangkan untuk sistem pengelolaan bersifat integratif. Pola hubungan manusiawi yang terjadi berdampak pada santri memiliki perencanaan yang baik dalam pengelolaan kebutuhan makan mereka. Secara mandiri para santri juga membeli, membangun, merenovasi, dan memperbaiki pondok sendiri. Nilai karakter lain yang dibangun dari hasil identifikasi terhadap kehidupan budaya banjaran adalah santri memiliki motivasi, wirausaha kemandirian, dan daya kreatif. 

Penampakan dari cara berpakaian santri Musthafawiyah adalah sarung, jubah putih, berlobe (berpeci), dan memakai selop/sandal. Sedangkan bagi santri senior dengan pola berpakaian yang sama ditambah jas dan sorban di kepala sebagai penutup lobeBaju koko berwarna putih sebagai lambang sikap kesederhanaan dan kesucian hati, sarung merupakan identitas lokal/tanah air. Lobe putih dan sorban menjaga pikiran agar bersih. Sorban juga berarti penjagaan atas pengetahuan. Sedangkan sandal melambangkan fleksibilitas. Bentuk pakaian tersebut mencirikan santri Musthafawiyah dengan santri lainnya. Analisis terhadap perilaku berpakaian juga membuktikan identitas santri Musthafawiyah yang sederhana dan ikhlas hati.

Interaksi kemasyarakatan yang muncul, di mana penghuni pondok satu dengan lainnya saling berbagi bahan pokok dan bahan makanan. Pelajaran sosial dari interaksi tersebut mengasah empati dan rasa tanggung jawab. Realitas sosial tersebut menjadi gambaran nilai karakter sosial, tanggung jawab, dan empati.

Tempat ibadah merupakan komponen utama sebuah lembaga pendidikan agar disebut pesantren. Selain masjid, dalam budaya banjaran terdapat musala sebagai tempat ibadah, dan pelaksanaan kegiatan lain seperti pengajian, serta pengenalan ritual keagamaan. Aktivitas yang berpusat di tempat ibadah baik masjid maupun musala memberikan nilai karakter religiositas.

Pesantren memiliki alasan terkait kebijakan prasarana. Fasilitas kamar mandi umum belum dipenuhi untuk proses pembelajaran yang sarat akan nilai. Mandi dan mencuci di sungai, mencari di air bersih sela bukit di belakang banjar menjadi fenomena dalam pembentukan karakter keberanian serta ketahanan fisik dan mental.

Pesantren Musthafawiyah tidak menerapkan sistem dapur umum di mana pesantren lain menjadikan dapur umum sebagai salah satu income pendapatan pesantren. Alasan pesantren tidak menyediakan dapur umum adalah agar para santri memahami manajemen waktu. Santri dilatih memasak sendiri atau menanak nasi sebagai pembelajaran bertahan hidup. Selain itu kondisi santri berinteraksi dengan masyarakat membeli lauk mencerminkan karakter kewirausahaan dan kemandirian. Karakter lain yang terbentuk dari fenomena tersebut adalah karakter mandiri, komunikatif, dan pro-sosial.

Aktivitas lain menciptakan nilai kebebasan, kondisi tempat bermukim santri di banjar adalah salah satunya. Tujuannya agar bersifat opsional santri mau tinggal di asrama, pondok, atau indekos di rumah masyarakat atau rumah guru. Kebebasan lain yang diberikan adalah pemilihan guru atau memilih kegiataan mudhâkarah di mana atau kepada guru siapa santri ingin belajar. Situasi tersebut mencerminkan karakter menghargai perbedaan, sikap toleransi, sikap peduli, dan tanggung jawab.

Adapun implementasi fungsi budaya banjaran dilakukan melalui serangkaian tahap yaitu:

  1. Tahap pemahaman “al-istifhâm”, tahap di mana santri memahami perbedaan hal baik dan hal buruk serta menyadarai konsekuensi dari hal tersebut.
  2. Tahap pelaksanaan “al-‘amal”, tahap di mana santri dituntut melaksanakan perilaku baik dan menghindari perilaku buruk tersebut. Dalam hal ini santri perlu melalui tahap adaptasi terhadap peraturan yang dibuat. Pengenalan terhadap standar tertuang dalam disiplin, tata tertib, dan peraturan lainnya. Peraturan dan tata tertib yang dibuat secara formal melatih warga pesantren agar memiliki jiwa disiplin.
  3. Tahap pembiasaan “al-âdah”, tahap di mana nilai-nilai budaya banjaran yang dilaksanakan dan menjadi kebiasaan. Pola tersebut terbentuk setelah santri merasa terpaksa akibat peraturan.
  4. Tahap Kebutuhan “al-âjahtahap di mana santri melaksanaan aktivitas dengan rasa sadar dan keterpanggilan. Kebutuhan akan ilmu dan nilai pesantren yang kemudian membentuk pribadi santri dan sebagai model pengembangan karakter santri.

Hasil penelitian memaparkan identifikasi terhadap nilai budaya banjaran teraplikasi secara efektif melalui pemahaman terhadap perilaku yang terbungkus dalam operasionalisasi kegiatan. Paparan data penelitian menunjukkan beberapa karakter yang terbentuk melalui internalisasi nilai budaya banjaran, yaitu: karakter religiositas, nilai kemandirian, daya kreativitas inovatif, semangat kewirausahaan, keterampilan komunikasi, kompetensi bermasyarakat, kebebasan dan keberanian, ketahanan fisik dan mental, sikap moderat, rasa toleransi, ukhuwah Islamiyah.

Kesimpulan

Model internalisasi budaya banjaran sebagai pembentuk karakter santri Pesantren Musthafawiyah Purbabaru termanifestasikan dalam bentuk fungsionalisasi fungsi manajemen mulai dari perencanaan kegiatan, pengorganisasian program, operasionalisasi kegiatan dan kegiatan evaluasi. Konstruk hasil penelitian mengungkapkan internalisasi nilai budaya banjaran dalam membentuk karakter, pertama; sebagai fasilitator pembentukan sikap sederhana, kreatif inovatif, kemandirian sosial, tanggungjawab, dan empati. Kedua, fasilitator pendukung pembelajaran melalui program self learning dalam kegiatan muâarah (tablig) dan mudhâkarah. Implementasi pengetahuan dan pemahaman juga didapat dari jenjang pendidikan formal; Ketiga; wadah aktualisasi budaya banjaran dalam bentuk organisasi santri. Santri dilatih kepemimpinan dan administrasi; dan Keempat; budaya banjaran menjadi wadah pengembangan religiositas dan kedisiplinan.

Pengamatan terhadap karakter santri Musthafawiyah adalah internalisasi budaya banjaran, antara lain: nilai kemandirian, nilai inovasi dan kreativitas, nilai motivasi kewirausahaan, nilai religiositas, nilai komunikasi, nilai sosial kemasyarakatan, nilai ketahanan mental dan fisik, nilai moderasi yang menghargai perbedaan, nilai toleransi, nilai ukhuwah (persahabatan dan kekeluargaan). Artikulasi nilai budaya banjaran dapat dipraktikkan secara efektif dalam konteks internalisasiInternalisasi budaya banjaran memainkan peran krusial dalam membentuk karakter siswa dan mendorong perkembangan sosial. Dengan membina sikap positif, mendukung pembelajaran, menyediakan pelatihan kepemimpinan dan administrasi, serta memperkuat ketakwaan dan disiplin, budaya banjaran menjadi aset yang tak ternilai dalam membentuk individu yang berkepribadian seimbang. (Admin)


Sub YouTube Channel Ikuti Channel YouTube Rangkang Belajar untuk mendapatkan konten baru seputar Pendidikan:

Senin, 08 Mei 2023

Internalisasi Nilai-nilai Karakter dalam Budaya Banjaran Pesantren Musthafawiyah Purbabaru

Bagian 1: Internalisasi Nilai-nilai Identitas Pembeda, Komitmen Bersama, dan Stabilitas Sitem Sosial

Pendahuluan
Budaya banjaran (asrama santri dalam wujud pondok/gubuk), yang terkenal dengan kekayaan pengetahuan dan tradisinya telah lama dihormati karena potensinya dalam membentuk individu santri secara positif. Studi ini menggali proses internalisasi budaya banjaran dan dampaknya terhadap perkembangan karakter santri Pesantren Musthafawiyah Purbabaru Kabupaten Mandailing Natal. Dengan memahami bagaimana nilai-nilai budaya diserap dan diintegrasikan ke dalam kehidupan santri, maka akan didapati wawasan tentang bagaimana warisan budaya ini berkontribusi pada masyarakat luas.

Pesantren Musthafawiyah, yang didirikan tahun 1912 menjadi pelopor pendidikan di Sumatera Utara. Pesantren ini berhasil melahirkan tokoh-tokoh penting seperti Syekh Mustafa Husein Nasution, Syekh Abdul Halim Khatib, dan Syekh Ali Hasan Ahmad ad-Dary yang banyak memberikan kontribusi terhadap pembangunan bangsa. Nilai-nilai pendidikan tidak dapat dipisahkan dari budaya banjaran yang terinternalisasi di dalam sarana tempat tinggal para santri yang lazim disebut dengan banjar. Studi ini menunjukkan bahwa banjar sebagai tempat siswa laki-laki tinggal adalah salah satu karakteristik yang melekat pada Pesantren Musthafawiyah Purbabaru. Budaya banjaran bahkan menjadi faktor penentu utama dalam pendidikan karakter santri. Dalam istilah Pulungan, Pesantren Musthafawiyah Purbabaru menjadi bagian dari sistem yang berfungsi sebagai pelindung, motivator, dan inisiator untuk mewujudkan kehidupan beragama yang mengedapankan akhlakul karimah.

Budaya banjaran berfokus pada nilai-nilai yang mempengaruhi karakter siswa dalam periode tertentu, dimana sikap yang terbangun erat kaitannya dengan ketulusan, kemandirian, komunikasi, kesederhanaan, kebebasan, dan kewirausahaan. Interpretasi nilai-nilai ini dilakukan melalui tindakan observasi, analisis, pemaknaan, eksplorasi fungsi dan pelestarian budaya banjaran secara internal dan eksternal.

Banjar adalah bangunan yang berderet, merupakan bangunan berbentuk rumah yang dijadikan tempat tinggal oleh para santri ketika menuntut ilmu di pesantren. Banjar memiliki konsep bangunan rumah mini, standar tempat tinggal berukuran 3x3 m. Banjar dibuat dengan menggunakan kayu/papan dan memiliki atap seng atau rumbia. Banjar secara sederhana berbentuk rumah panggung minimalis yang memiliki banyak fungsi serta makna filosofis.

Akulturasi Nilai Budaya Banjaran dalam Pembentukan Perilaku

Budaya banjaran menjadi sebuah bagian dari karakteristik Pesantren Musthafawiyah. Pemahaman terhadap nilai budaya banjaran bersifat jangka panjang. Pengamatan terhadap karakter santri melalui internalisasi budaya banjaran antara lain mewujud dalam nilai kemandirian, nilai inovasi dan kreativitas, nilai motivasi kewirausahaan, nilai religiositas, nilai komunikasi, nilai sosial kemasyarakatan, nilai ketahanan mental dan fisik, nilai moderasi yang menghargai perbedaan, nilai toleransi, dan nilai ukhuwah (persahabatan dan kekeluargaan).

Peranan budaya banjaran dalam membentuk karakter santri diamati melalui sistem pengelolaan pesantren yang dapat diamati melalui analisis sistem-proses-output. Analisis terhadap input dimulai dari sistem penerimaan, yang dalam hal ini pesantren bertahan dengan standar lembaga, di mana santri baru yang diterima adalah semua calon santri yang mendaftar dan telah mengikuti pemetaan kemampuan membaca Al-Qur’an. Penerimaan santri lebih tepat dikatakan sebagai ajang pemetaan santri baru. Semua santri yang mempunyai niat belajar yang dibuktikan dengan mendaftar dan mengikuti proses pemetaan akan diterima sebagai peserta didik. Santri baru juga diberi kebebasan dalam menentukan tempat tinggal hingga memilih banjar. Banjar yang dijadikan tempat tinggal para santri putra dapat dibeli melalui alumni, membuat pondok baru atau indekos di rumah masyarakat dan rumah guru.

Orientasi nilai pesantren mangarah kepada pembentukan dan penanaman nilai kemandirian, kewirausahaan, dan religiositas. Aspek nilai kemandirian terbentuk secara sistematis terbentuk melalui pola kegiatan harian, antara lain: santri belajar kreatif dalam merawat dan merenovasi banjarnya masing-masing.

Santri dituntut memiliki jiwa kewirausahaan, hal ini tergambar dari interaksi santri dengan masyarakat dalam mengelola kebutuhan makan mereka dengan berbelanja kebutuhan pokok di warung-warung masyakat sekitar dan juga dalam masalah sewa tanah. Santri juga melakukan interaksi dengan santri lainnya dan alumni dalam hal jual beli banjar. Prosedur pembelian banjar dapat melalui pihak pesantren, santri senior, atau alumni yang sudah tamat. Penggambaran terhadap fenomena tersebut adalah nilai komunikasi, solidaritas, dan tolong-menolong.

Sedangkan tinjauan terhadap aspek religiositas antara lain menjadikan masjid/musala sebagai sentra kegiatan, baik kegiatan formal atau informal, kegiatan besar atau kecil. Keberadaan pesantren di tengah masyarakat juga berfungsi sebagai pelindung. 

Internalisasi dan Fungsi Budaya Banjaran

1. Identitas Pembeda

Bangunan banjar di Pondok Musthafawiyah berbentuk rumah panggung dan berbahan kayu/papan dan seng. Media untuk penerang banjar menggunakan bohlam, dan bahkan beberapa banjar diterangi lampu teplok. Aksesoris banjar menggunakan partisi yang sederhana beralaskan tikar dan lemari buku seadanya. Para santri, meskipun (terbatas) telah tersedia fasilatas Mandi-Cuci-Kakus lebih memilih sungai sebagai tempat mereka melaksanakan aktivitas mencuci dan mandi. Sementara untuk mendapatkan air bersih, tidak jarang mereka pergi ke celah bukit. Realitas tersebut menggambarkan kehidupan santri yang sederhana, mandiri, dan gigih.

Para santri Pesantren Musthafawiyah dikenal juga dengan panggilan pokir yang berarti ‘fakir’. Kata fakir mengisyaratkan orang yang miskin ilmu sehingga dengan rasa sadar dan keterpanggilan hati berusaha untuk membuat diri menjadi ‘kaya’ dengan menambah dan menggali pengetahuan sebanyak-banyaknya di pesantren. Pemaknaan atas sebutan pokir tersebut menggambarkan nilai sederhana, rendah hati, suci jiwa, namun antusi dalam thalabul ‘ilmi.

Identifikasi pada atribut, para santri cenderung mengikuti mode berpakaian ulama-ulama setempat dengan memakai jubah, kemeja putih/baju koko, sarung, lobe (songkok), sorban, dan sandal dalam segala kegiatan baik yang bersifat formal dan nonformal yang dalam penelitian Daulay dkk. atribut pakaian ini dikatakan sebagai budaya fisik. Hal ini dapat menggambarkan nilai-nilai kesederhanaan, cinta dan ta’zhîm terhadap ulama, menjaga ilmu yang dimiliki, dan menjaga kesucian jiwa.

Untuk tempat tinggal, santri memiliki kebebasan dalam memilih tinggal di asrama, indekos atau membeli banjar yang kemudian dikreasikan dengan melakukan perawatan atau menambah partisi dan menjadikan kolong banjar sebagai tempat penyimpanan barang-barang bawaan santri. Santri juga memiliki kebebasan untuk mengikuti kegiatan mudhâkarah. Bebas di sini diartikan, bebas memilih kepada guru mana dan kegiatan apa dalam mudhâkarahRutinitas harian santri selain mengikuti mudhâkarah adalah pemanfaatkan waktu siang dan sore hari untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sesuai minat masing-masing. Selain itu santri juga diberi kebebasan untuk beraktivitas mandiri seperti mencuci atau istirahat. Nilai yang tergambar dari fenomena aktivitas harian santri tersebut adalah kemerdekaan, sikap tanggung jawab, dan sikap jujur.

Para santri Musthafawiyah berasal dari berbagai macam daerah dengan suku yang beragam dan dari jenjang pendidikan serta kelas yang berbeda. Data tersebut menciptakan nilai-nilai karakter toleransi, kesetaraan, dan ukhuwah. Penelitian yang dilakukan Raihani, Parker et all. mengungkapkan bahwa model kepemimpinan demokratis menjadi upaya dalam menciptakan lingkungan pesantren yang toleran dan multikultural.

2. Komitmen Bersama

Pesantren sarat akan aktivitas kegiatan yang berhubungan dengan pelajaran hidup. Nilai-nilai Islam termanifestasikan dalam kegiatan sorogan, pengajian, dan aktivitas ekstrakurikuler lainnya. Bentuk kegiatan bersifat pembangkit semangat dalam bentuk: a) pemberian gaji (ujrah)  tepat waktu; b) kebijakan bermusyawarah atau melibatkan anggota dalam pembentukan keputusan strategis; c) melaksanakan fungsi delegatif; d) melaksanakan pemberian tanggung jawab/peran; dan e) optimalisasi skill dengan aktivitas yang mendayagunakan keterampilan. Nilai karekter yang dihasilkan adalah rasa memiliki yang kuat (al-Ta’ashshub) dan nilai semangat kerja.

Operasionalisasi kegiatan juga dilakukan dengan pengorganisasian yang melibatkan para ustaz dan para santri senior dalam pola pengawasan banjar: Adapun bentuk operasionalisasi tersebut adalah:

  • Pembentukan koordinator guru berasal guru-guru senior.
  • Pembentukan jadwal supervisi guru junior di malam hari.
  • Pembentukan organisasi santri yang disebut Dewan Pelajar Musthafawiyah. Organisasi santri tersebut juga merupakan perpanjangan kewenangan guru.
  • Pembentukan Persatuan Keluarga Besar Musthafawiyah, disebut juga pengurus banjar.
  • Terdapat sistem ‘abang asuh’, yaitu penempatan santri senior pada setiap banjar yang berfungsi sebagai pembimbing santri-santri junior.

3. Stabilitas Sistem Sosial

Pesantren Mushafawiyah memiliki santri yang berasal dari daerah dan asal suku yang berbeda. Kondisi heterogen tersebut menciptakan karakter dengan nilai Pancasila yaitu Bhineka Tunggal Ika, di mana perbedaan suku, bahasa, dan latar belakang justru dijadikan alat mencapai kesamaan, yaitu visi dan misi Pesantren Musthafawiyah. Pesantren menerapkan sistem pengawasan abang senior yang ditempatkan pada banjar sebagai abang asuh untuk membimbing anggotanya.

Manajemen banjar yang dilaksanakan Musthafawiyah adalah membagi pondok santri ke dalam 29 banjar yang menggambarkan miniatur perkampungan. Setiap banjar memiliki jumlah yang berbeda antara 20 hingga maksimal 150 pondok dan setiap pondok dihuni oleh 2 sampai 4 orang santri. Komunitas banjar memiliki perangkat kepengurusan terdiri dari ketua, wakil ketua, bendahara, sekretaris, bagian ketertiban. Kepengurusan banjar di bawah binaan dan pengawasan Dewan Pelajar (Depel) Musthafawiyah. Selain perangkat banjar dan Dewan Pelajar juga terdapat komunitas Keluarga Besar Musthafawiyah (KBM) yang beranggotakan santri-santri yang berasal dari daerah asal yang sama, seperti KBM Deli Serdang, Padang, dan lain-lain. KBM juga memiliki fungsi sebagai lembaga pengawas dan pembimbing santri.

Secara eksplisit, pola manajemen yang diterapkan Pesantren Musthafawiyah berangkat dari penggabungan dua konsep, antara konsep pesantren dengan manajemen berorientasi terhadap penanaman jiwa keikhlasan (tulus), sukarela yang dalam Islam dikenal dengan istilah “lillāhi ta’ālā. Integrasi konsep tersebut merupakan bentuk akomodatif pesantren terhadap perkembangan global saat ini. Konsep tradisional tersebut tetap menjadi modal dasar yang dilapisi dengan profesionalisme sehingga membentuk kombinasi ideal yang utuh, yaitu idealisme-profesionalisme.

Perilaku profesional ditunjukkan guru melalui tanggung jawab dalam pembinaan santri, sementara idealisme ditunjukkan melalui nilai kultur banjaran yang sudah bertahan selama kurun satu abad lebih. Sebagaimana penelitian yang dilakukan Adawiyah dan Osman Ghani et. all. menyatakan, bahwa perilaku yang mencerminkan spirit keislaman terbukti mampu membentuk perilaku profesional dan meningkatkan kinerja organisasi. (Admin)


Disadur dari:

Sub YouTube Channel Ikuti Channel YouTube Rangkang Belajar untuk mendapatkan konten baru seputar Pendidikan:
Cloud Hosting Indonesia

Senin, 03 April 2023

Pelembagaan Substansi Budaya Organisasi dalam Konsep Learning Organization


STUDI TENTANG PELEMBAGAAN SUBSTANSI BUDAYA ORGANISASI DALAM KONSEP LEARNING ORGANIZATION


Kemajuan Sekolah Sukma Bangsa di Lhokseumawe, Bireuen, Pidie Aceh tidak terlepas dari penerapan konsep learning organization. Karenanya, tulisan ini mengeksplorasi konsep organisasi pembelajar sebagai salah satu bentuk inovasi dan pengembangan organisasi pendidikan, di mana sekolah mampu mencapai tujuan yang ditetapkan apabila sistem pendidikan yang diselenggarakan bekerja optimal. Stabilitas penyelenggaraan pendidikan tersebut ditentukan sejauh mana sistem yang terdiri dari komponen manajerial berjalan dan diinternalisasikan ke dalam nilai dan budaya sekolah.

Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bangunan visi dan misi sekolah secara konseptual dan merangkainya agar menjadi sederhana, bisa diterapkan, menarik, dan mengakar. Ide sekolah pembelajar model Peter Senge menjadi acuan dalam pengembangan Sekolah Sukma Bangsa Aceh. Penelitian ini merangkum tema dan strategi pengembangan kapasitas kelembagaan melalui implementasi sekolah pembelajar.

Berdasarkan hasil dan data penelitian yang dikumpulkan, ditemukan bahwa pengembangan Sekolah Sukma Bangsa menuntut peran aktif kepemimpinan mulai dari level Yayasan, Kepala Sekolah hingga pengelola asrama. Partisipatif di sini berarti ada standar yang menjadi acuan dan penetapan standar melalui kesepakatan bersama dan dilakukan secara partisipatif oleh Kepala Sekolah Sukma Bangsa. Partisipasi yang ditunjukkan Kepala Sekolah Sukma Bangsa seperti musyawarah pengambilan keputusan strategis, penyusunan rencana strategis pengembangan serta penentuan disiplin bagi guru dan karyawan. Dampak spesifik yang timbul dari kebijakan yang partisipatif diposisikan sebagai cara untuk mengurangi ketidaksetaraan sosial dan struktural.

Dalam praktiknya, dinamika yang terjadi dalam implementasi sekolah pembelajar adalah efektivitas waktu adaptasi bagi sebagian guru dan karyawan untuk memahami lima indikator sekolah pembelajar (penguasaan pribadi, model mental, berbagi visi, pembelajaran kelompok, dan berpikir sistem). Standar partisipatif berlaku dalam sistem sekolah mulai dari perumusan kebijakan, operasionalisasi kegiatan, rasionalisasi anggaran, dan pengembangan jaringan kelembagaan. 

Sekolah Sukma Bangsa berada di Provinsi Aceh yang kental dengan nilai-nilai berbasis kearifan lokal yang islami. Karenanya, kebijakan pimpinan yang dilakukan adalah menyatukan gagasan bentuk global dengan konsep ganda rasionalitas sosial dan budaya lokal. Sukma Bangsa dalam perkembangannya mengakomodir pemenuhan tersebut dalam beberapa program unggulan, seperti program taḥfīẓ dan boarding school (boarding khusus pada Sekolah Sukma Bangsa Pidie). Pelaksanaan program unggulan mengacu pada karakteristik kedaerahan bahwa Aceh identik dengan kompetensi ke-Islam-an. Selain itu, kebutuhan masyarakat Aceh akan kiprah lulusan sekolah adalah memiliki pengetahuan dan praktik keagamaan seperti dapat menjadi imam di masjid dan memiliki pengetahuan tentang pelaksanaan fardu kifayah.

Dalam beberapa tahun terakhir Sekolah Sukma menjadi ikon sekolah unggul non-pemerintah, mengacu pada serangkaian prestasi akademik yang diraih Sukma Bangsa secara kolektif kelembagaan maupun personal individu. Sekolah Sukma Bangsa juga mampu membentuk lingkungan pendidikan yang positif. Hal tersebut berhasil dibuktikan dengan budaya “no cheating, no bulliying, no smoking)”. 

Sekolah Sukma Bangsa bekerjasama dengan berbagai perusahaan dengan sistem Corporate Social Responsibility (CSR) dalam pemenuhan operasional sekolah. Kerja sama bersifat jangka panjang karena yang dibangun adalah sistem akses yang terhubung ke banyak pihak. Strategi jangka panjang yang dilakukan Sekolah Sukma Bangsa bukan sebatas mandiri secara lembaga akan tetapi bagaimana kemandirian tersebut berdampak luas terhadap masyarakat. Dalam pelaksanaannya, Sekolah Sukma Bangsa sudah banyak membantu masyarakat yang tidak mampu melalui subsidi beasiswa.

Sekolah Sukma Bangsa yang berada di Aceh memiliki keunggulan karakteristik masing-masing. Pada aspek kemandirian, Sekolah Sukma Bangsa yang berada di Kabupaten Bireuen yang paling unggul. Berbagai macam unit usaha berhasil tumbuh dan berkembang berkontribusi positif bagi ekonomi sekolah. Model sekolah pembelajar berimplikasi praktis dalam memasukkan program ekonomi kreatif dalam wujud unit usaha sehingga berdampak luas dan lebih transformatif.

Konsep sekolah pembelajar telah mengambil langkah-langkah berbeda untuk membangun kapasitas teknis dan kepemimpinan serta mengembangkan keterampilan manajemen atau keuangan dan menawarkan wawasan tentang berbagai pendekatan yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas dan dampak jangka panjang upaya sustainabilitas lembaga.

Efektivitas kepemimpinan dibuktikan dengan adanya tata tertib sekolah yang menjadi acuan pelaksanaan sistem. Pimpinan menetapkan tata tertib sekolah ke dalam aturan resmi yang wajib ditaati. Secara filosofis, aturan menjadi benteng pembatas antara yang boleh dan tidak boleh, antara yang baik dan tidak baik. Teknis pembuatan peraturan melalui hasil musyawarah yang dibangun bersama serta melibatkan perwakilan guru, organisasi siswa, dan komite sekolah sebagai perwakilan masyarakat. Tata tertib bertujuan menciptakan stabilitas sistem dan berjalan lama. Aturan ini dijadikan landasan pimpinan dalam pengambilan keputusan. Dengan adanya aturan akan mengikat individu, kemudian membentuk kebiasaan positif yang terus berkembang sehingga menjadi karakter.

Pendekatan pembangunan berkelanjutan yang dilakukan Sekolah Sukma Bangsa, salah satunya adalah kaderisasi guru dalam bentuk studi lanjut. Sehingga 30 guru Sekolah Sukma Bangsa telah menyandang master di bidang pendidikan dari University of Tampere, Finlandia. Gelar itu mereka raih dalam program beasiswa S-2 hasil kerja sama Yayasan Sukma Bangsa dengan Finland University. Program tersebut merupakan peningkatan jenjang karier guru pada program pascasarjana.

Aktualisasi program dicanangkan dalam beberapa kegiatan, antara lain: kegiatan ekstrakurikuler, gerakan literasi sekolah, kegiatan pembiasaan, dan perilaku spontan. Kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan sebagai pemenuhan untuk pengembangkan minat dan bakat murid. Kegiatan ini dilaksanakan mengacu pada kemampuan fisik dan pembentukan mental. Adapun jenis kegiatan ekstrakulikuler yang dikembangkan adalah kegiatan keagamaan, kegiatan kepanduan (pramuka), penulisan karya tulis ilmiah (KTI), kegiatan kesenian dan olahraga.

Sekolah Sukma Bangsa memiliki beberapa kegiatan pembiasaan yang bertujuan mengenalkan budaya sekolah, utamanya berkaitan dengan penanaman nilai-nilai organisasi. Kegiatan pembiasaan yang dimaksud, antara lain adalah: pelaksanaan upacara bendera dan apel lainnya, menyanyikan lagu Indonesia Raya untuk memperkuat rasa nasionalis, dan doa bersama (Yasinan) untuk memperkuat religiusitas. Pembiasaan lainnya adalah, di mana para guru berdiri menyambut kedatangan murid, dan murid yang datang ke sekolah juga menunjukkan rasa hormat serta takzim dengan mencium tangan guru. Kegiatan sederhana ini nyatanya mampu menguatkan rasa ta’ẓīm murid sehingga patuh dan taat kepada guru.

Banyak informasi yang diserap peserta didik, tetapi tidak menjadi jaminan bahwa informasi yang terserap bernilai positif. Untuk mengantisipasi informasi yang terserap negatif pihak sekolah melaksanakan kegiatan literasi sekolah. Pembudayaan ekosistem literasi sekolah diwujudkan melalui gerakan literasi sekolah yang menjadi manifestasi dari pembelajar sepanjang hayat. Contoh kegiatan literasi adalah membaca buku nonpelajaran sebelum dilaksanakannya kegiatan pembelajaran. Di luar jam pelajaran, juga dilaksanakan kegiatan untuk menumbuhkan minat baca “reading day” yang dikelola oleh pustakawan. Agar para siswa berwawasan luas, disusunlah jadwal rutin mengunjungi perpustakaan yang memiliki materi buku bervariatif, beberapa di antaranya berisi nilai-nilai, budi pekerti, kearifan lokal, nasional dan global. Sekolah juga menyediakan pojok baca yang dapat dimanfaatkan murid atau tamu pengunjung untuk mengisi waktu luang.

Aktualisasi budaya selanjutnya adalah pembiasaan perilaku baik yang bersifat spontan. Perilaku spontan mengarah kepada personifikasi siswa. Hal ini dinilai penting karena penilaian terhadap karakter terlihat pada spontanitas perilakuknya. Spontanitas menjadi ukuran baik buruknya karakter seseorang, perilaku yang dimaksud mencakup perkataan maupun perbuatan yang dirangkum dalam 5-S (senyum, salam, sapa, sopan, dan santun) dan dibiasakan.

Implementasi konsep sekolah pembelajar ‘learning organization’ membawa jaminan mutu pendidikan dan sustainabilitas lembaga. Sekolah Sukma Bangsa memiliki komitmen yang tinggi dalam implementasi sekolah pembelajar sesuai dengan blueprint konseptual learning organization. Studi pelembagaan terfokus pada tahapan pengembangan dengan adanya standar partisipasi, lingkungan pendidikan kondusif, fokus kemandirian lembaga, suksesi kepemimpinan pembelajar serta program kaderisasi. 

Hasil penelitian merekomendasikan agar: 1) pengelola memiliki komitmen terhadap pendidikan berkelanjutan, 2) meningkatkan partisipasi masyarakat; dan 3) mengoptimalkan partisipasi masyarakat dengan didukung oleh Pemerintah Daerah, termasuk stakeholder. Dengan demikian, diharapkan implementasi sekolah pembelajar memberikan kontribusi pada peningkatan mutu berkelanjutan bagi lembaga pendidikan. (Admin)

Senin, 20 Maret 2023

Dosen IAIN Lhokseumawe Menerima Sertifikat Dosen

Rangkang Belajar | Sertifikasi Dosen (Serdos) ditujukan untuk meningkatkan kualitas pendidik dan menjadi upaya untuk memenuhi standar kualitas pendidikan tinggi yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Program Serdos yang sebelumnya dilaksanakan pada 19 s.d 23 Desember 2022 lalu diikuti oleh puluhan dosen Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) di wilayah Provinsi Aceh.

Program Serdos terdiri dari beberapa tahap, yaitu: tahap persyaratan administratif, tahap pengembangan kompetensi dengan mengikuti Pelatihan Peningkatan Kompetensi Dosen Pemula (PKDP), dan tahap penilaian, memutuskan bahwa sejumlah dosen PTKI berhak menerima sertifikat keprofesian (lulus), termasuk di dalamnya 9 (sembilan) dosen IAIN Lhokseumawe. Hal ini menunjukkan bahwa mereka telah memenuhi standar kualitas yang ditetapkan oleh lembaga penyelenggara Serdos.

Sertifikat keprofesian yang telah diambil pada tanggal 15/03/2023 oleh Dr. Agus Salim Salabi, M.A. selaku Sekretaris LPM di UIN Imam Bonjol Gedung III Padang, hari ini (20/03/2023) diserahkan langsung oleh Dr. Zulfikar Ali Buto, M.A. (Ketua LPM IAIN Lhokseumawe) kepada 9 (sembilan) dosen di ruang LPM IAIN Lhokseumawe.
Adapun sembilan dosen yang menerima serdos, yaitu: 1) Dr. Muhammad Anggung Manumanoso Prasetyo, M.Pd./dosen profesional dalam bidang Manajemen Pendidikan Islam, 2) Dr. Nurul Fadhillah, M.Hum./dosen profesional dalam bidang Pendidikan Bahasa Inggris, 3) Elfiadi, M.Pd./dosen profesional dalam bidang Pendidikan Anak Usia Dini, 4) Istiqamah, M.Pd./dosen profesional dalam bidang Pendidikan Bahasa Indonesia. 5) Nurul Akmal, M.Pd./dosen profesional dalam bidang Pendidikan Matematika Ali Muhayatsyah, 6) Irwanto, M.T.H./dosen profesional dalam bidang Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, 7) Machzumy, M.S.I./dosen profesional dalam bidang Ilmu Falaq, 8) Ali Muhayatsyah, M.E.I./dosen profesional dalam bidang Perbankan Syariah, dan 9) Muhammad Ihsan, M.H./dosen profesional dalam bidang Hukum Tatanegara.

Zulfikar menyampaikan, bahwa: "Dengan serah terima Setifikat keprofesian ini, tentunya kita berharap para dosen dapat lebih meningkatkan kinerja dan kualitas di berbagai bidang Tridarma Perguruan Tinggi (pengajaran/pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat).

Sub YouTube Channel Ikuti Channel YouTube Rangkang Belajar untuk mendapatkan konten baru seputar Pendidikan:

Selasa, 14 Maret 2023

Asesmen Lapangan LAMDIK terhadap Prodi MPI IAIN Lhokseumawe


Rangkang Belajar | Asesmen lapangan oleh lembaga akreditasi mandiri terhadap program studi merupakan proses evaluasi yang dilakukan untuk menilai kualitas dan keberhasilan program studi dalam mencapai tujuan dan standar yang telah ditetapkan. Evaluasi ini dilakukan oleh lembaga akreditasi mandiri yang bertugas untuk memastikan bahwa program studi tersebut memenuhi standar dan persyaratan yang ditetapkan oleh pemerintah atau lembaga yang relevan.

Lembaga Akreditasi Mandiri Kependidikan (LAMDIK) melaksanakan Proses Asesmen Lapangan (AL) terhadap Program Studi (Prodi) Manajamen Pendidikan Islam (MPI) FTIK IAIN Lhokseumawe selama dua hari (13-14 Maret 2023). Dalam kegiatannya, LAMDIK yang menghadirkan Dr. Ikhsan, M.M. sebagai Asesor 1 dan Dr. Dedy Achmad Kurniady, M.Pd. sebagai Asesor 2, melalui Zoom Meeting mengumpulkan data dan informasi dari berbagai sumber, termasuk dari mahasiswa, dosen, alumni, dan pihak eksternal yang terkait dengan program studi tersebut. Data dan informasi yang didapat selanjutnya dianalisis dan dievaluasi untuk menentukan sejauh mana program studi tersebut memenuhi standar dan persyaratan yang telah ditetapkan.


Dalam kegiatan AL LAMDIK terhadap Prodi MPI, hadir Wakil Rektor 1 IAIN Lhokseumawe untuk membuka acara. Selanjutnya Dekan FTIK, Dr. Jumat Barus, M.S. menyampaikan dalam pengantarnya, "Bahwa kegiatan asemen ini, bukan sekadar nilai atau predikat akhir bagi prodi yang diharapkan, namun juga dapat memberikan saran dan masukan dalam pengembangan program studi MPI secara kusus dan delapan program studi lainnya di lingkungan FTIK IAIN Lhokseumawe. Hadir juga dan turut mendampingi Tim Lembaga Penjaminan Mutu; Dr. Zulfikar Ali Buto, M.A. (Ketua LPM), Dr. Agus Salim Salabi, M.A. (Sekretaris LPM), Lisa, M.Pd. (Kapus. Audit & Pengendalian Mutu), dan Sarah Fazilla, M.Pd. (Kapus. Pengembangan Standar Mutu). 


Hasil dari proses asesmen lapangan akan digunakan sebagai dasar untuk memberikan akreditasi pada program studi tersebut. Akreditasi adalah pengakuan resmi bahwa program studi tersebut memenuhi standar dan persyaratan yang telah ditetapkan, dan telah terbukti mampu memberikan pendidikan yang berkualitas kepada mahasiswanya. Hal ini menjadi penting karena dapat mempengaruhi reputasi dan kredibilitas program studi serta institusi pendidikan.


Dr. Muhammad Fadhli, M.Pd. selaku Ketua Prodi MPI menyampaikan: "Tim borang MPI telah mempersiapkan segala yang diperlukan untuk kegiatan AL ini sejak beberapa bulan sebelumnya. Kami berharap hasil yang diperoleh nantinya sepadan dengan tenaga dan pikiran yang dikeluarkan semua pihak yang terlibat. Namun apa pun hasil yang diterima nantinya tetap akan kami jadikan panduan untuk terus melakukan pengembangan Prodi MPI dalam segala aspek". (Admin) 

Sub YouTube Channel Ikuti Channel YouTube Rangkang Belajar untuk mendapatkan konten baru seputar Pendidikan:

Sabtu, 04 Maret 2023

Program Studi PAI FTIK IAIN Lhokseumawe Gelar Workshop RPS OBE

Rangkang Belajar |  Rencana Perkuliahan Semester Outcome-Based Education (RPS OBE) menjadi salah satu strategi pembelajaran yang menempatkan perhatian pada hasil atau outcome belajar yang ingin dicapai oleh mahasiswa selama satu periode belajar. Dalam OBE, rencana perkuliahan disusun berdasarkan kemampuan yang ingin dicapai oleh mahasiswa setelah mereka menyelesaikan suatu program studi atau mata kuliah tertentu. Rencana perkuliahan semester OBE juga mencakup strategi pembelajaran yang akan digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut, seperti metode pengajaran, bahan ajar, dan penilaian.

Dengan menggunakan rencana perkuliahan semester OBE, diharapkan mahasiswa dapat memahami dengan jelas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan mengembangkan kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut. Selain itu, rencana perkuliahan semester OBE juga dapat membantu dosen dalam merencanakan pembelajaran yang lebih terstruktur dan terfokus pada hasil pembelajaran yang diinginkan.

Workshop penyusunan RPS OBE yang digagas Dr. Yusnaini, M.Pd. selaku Ketua Prodi PAI FTIK Lhokseumawe berlangsung di Aula FTIK pada tanggal 3 Maret 2023 dengan menghadirkan Tim LPM IAIN Lhokseumawe; Sarah Fazilla, M.Pd. (Kapus. Pengembangan Standar Mutu) yang didampingi Lisa, M.Pd. (Kapus. Audit & Pengendalian Mutu) sebagai narasumber. Hadir pula dalam kegiatan workshop Dr. Jumat Barus, M.S. (Dekan FTIK) yang membuka acara dan Dr, Zulfikar Ali Buto (Ketua LPM IAIN Lhokseumawe). Para dosen di lingkungan Prodi PAI FTIK yang hadir menerima pencerahan dari narasumber terkait teknik merumuskan Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL), menentukan/memilih bahan kajian dan materi pembelajaran. Para peserta workshop juga melakukan praktik perancangan RPS OBE yang dipandu oleh narasumber.

Zulfikar (Ketua LPM) berharap, para dosen dapat merancang kegiatan pembelajaran yang inovatif, menarik, dan relevan dengan dunia kerja melalui RPS OBE. Hal ini menjadi penting dalam peningkatan kualitas pengajaran dan mendorong dosen untuk mengembangkan keahlian mereka di bidang Pendidikan Agama Islam, sehingga.mahasiswa akan memperoleh pengalaman yang lebih konkret dan dapat mengembangkan keahlian praktis yang diperlukan untuk bekerja, terutama pada bidang Pendidikan Agama Islam. (Admin)

Sub YouTube Channel Ikuti Channel YouTube Rangkang Belajar untuk mendapatkan konten baru seputar Pendidikan:

Minggu, 19 Februari 2023

Sosialisasi Penerimaan Mahasiswa Baru IAIN Lhokseumawe (Menjemput Generasi Masa Depan Menuju Kampus Peradaban)


Rangkang Belajar | Sosialisasi penerimaan mahasiswa baru (PMB) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Lhokseumawe Tahun Akademik 2023/2024 bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang persyaratan dan prosedur pendaftaran, program studi yang tersedia, biaya pendidikan, beasiswa, jadwal seleksi masuk, dan lain sebagainya kepada calon mahasiswa, terutama kepada peserta didik kelas XII.

Dalam kegiatan sosialisasi PMB tahun 2023 ini, IAIN Lhokseumawe mengirim beberapa Tim yang terdiri dari unsur Dosen, Tenaga Kependidikan, dan Duta Mahasiswa yang disebar ke berbagai kabupaten/kota dalam wilayah Provinsi Aceh dan luar Aceh (Provinsi Sumatera Utara). 

Salah satu tim sosialisasi PMB dipimpin langsung oleh Dr. H. Tohar Bayoangin, M.A., selaku Kepala Biro Administrasi Umum, Akademik dan Kemahasiswaan (AUAK) IAIN Lhokseumawe bersama tiga orang dosen lainnya (Dr. Agus Salim Salabi, M.A., Dr. Muhamad Fadhli, M.Pd., dan Dr. Fauzan Ahmad Siregar, M.Pd.) yang melakukan sosialisasi ke beberapa sekolah/madrasah di beberapa kabupaten/kota dalam wilayah Sumatera Utara.


"Apa yang kami lakukan adalah dalam rangka 'Menjemput Generasi Masa Depan Menuju Kampus Peradaban' dengan melintasi tujuh kabupaten/kota di wilayah Sumatera Utara (Langkat, Binjai, Medan, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Kisaran, dan Labuhan Batu Utara). Tidak kurang dari 15 lembaga pendidikan (sekolah, madrasah, pesantren) yang menjadi sasaran sosialisasi PMB selama lima hari ini, mulai tanggal 13-17 Februari 2023. Tentunya ini menjadi tugas yang tidak ringan, sehingga upaya yang telah dilakukan diharapkan membuahkan hasil,” ujar Tohar.

Dalam kegiatan sosialisasi PMB, tim menjelaskan keunggulan IAIN Lhokseumawe sebagai ‘Kampus Peradaban’, proses dan jalur PMB ke setiap kelas XII. Di samping itu, tim juga memberikan media sosialisasi berupa spanduk, standing banner, kalender, dan brosur. Dalam sosialisasi PMB, calon mahasiswa juga diberikan kesempatan untuk bertanya dan berdiskusi dengan dosen (tim sosialisasi) tentang program studi, fasilitas kampus, beasiswa, dan peluang karier setelah lulus.
 
Sosialisasi PMB menjadi penting bagi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri, karena melalui kegiatan ini institusi dapat memperluas basis calon mahasiswa dan memastikan bahwa calon mahasiswa yang diterima memiliki kemampuan dan motivasi yang sesuai dengan program studi yang dipilih.


Dalam sosialisasi PMB, disampaikan juga proses penerimaan melalui tiga jalur seleksi, yaitu: 1) Seleksi Prestasi Akademik Nasional Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (SPAN-PTKIN); pendaftaran dapat dilakukan secara online melalui website span.ptkin.ac.id, 2)  Ujian Masuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (UM-PTKIN) melalui website um.ptkin.ac.id, dan 3) Jalur Mandiri melalui spmb.iainlhokseumawe.ac.id.

Dengan hadirnya IAIN Lhokseumawe di 15 lembaga pendidikan (sekolah, madrasah, pesantren) di tujuh kabupaten/kota dalam wilayah Sumatera Utara, diharapkan menjadi sumber informasi yang cukup bagi para siswa dan masyarakat untuk mengetahui gambaran mengenai alur PMB dan kehidupan di lingkungan kampus. Selain itu, sosialisasi juga bertujuan memberikan motivasi kepada para pelajar untuk terus melanjutkan pendidikan ke PTUN atau PTKIN yang mereka senangi.

Di sela-sela sosialisasi, Salabi selalu mengingatkan para siswa bahwa: “Belajar adalah upaya untuk memperluas kemungkinan keberhasilan seseorang dan mempersempit peluang kegagalannya. Sehingga para siswa kelas XII harus mempunyai semangat dan motivasi untuk melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi, dan IAIN Lhokseumawe siap mengakomodir semangat para siswa yang ingin melanjutkan pendidikannya.”


Di lain pihak, Fadhli menguatkan, bahwa: “Dalam memilih kampus, selain keunggulan institusi yang umumnya ditandai dengan akreditasi unggul, fasilitas dan sarpras memadai, serta profil pendidik dan tenaga kependidikan, maka peran serta dan pengawasan masyarakat sekitar kampus juga menjadi aspek yang tidak dapat dipisahkan. Hal inilah yang menjadikan para orang tua berani dan merasa tenang untuk menitipkan anak-anak mereka di kos-kosan, rumah atau di luar ma'had IAIN Lhokseumawe."

Selain itu, Fauzan menandaskan: “Tidak sulit bagi mahasiswa yang berasal dari luar Lhoseumawe untuk mendapatkan tempat tinggal. Selain kos-kosan, rumah sewa, banyak juga dayah (pesantren) yang menyediakan tempat bagi mahasiswa dengan biaya yang cukup terjangkau. Pesantren mahasiswa (Ma’had al-Jāmi’ah) juga menjadi tempat bermukim yang sangat diminati oleh para mahasiswi dengan biaya yang relatif murah.” (Admin) 

Sub YouTube Channel Ikuti Channel YouTube Rangkang Belajar untuk mendapatkan konten baru seputar Pendidikan:

Kamis, 17 November 2022

Praktik Pengalaman Lapangan

Rangkang Belajar | Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh mahasiswa semester 7 pada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Lhokseumawe yang telah menyelesaikan tidak kurang dari 142 SKS beban Mata Kuliah. Mata Kuliah ini dimaksudkan untuk melatih mahasiswa, menguatkan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimiliki dalam proses pembelajaran sesuai jurusan/program studi masing-masing, sehingga mahasiswa mendapatkan pengalaman yang nyata dan dapat digunakan sebagai penguat kompetensi yang mereka miliki.
Kegiatan PPL, sederhananya adalah kegiatan praktik mandiri yang dilakukan oleh mahasiswa dengan cara menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang sebelumnya telah dipelajari selama kuliah ke dalam praktik mengajar di lembaga-lembaga pendidikan yang telah melakukan perjanjian kerja sama dengan pihak kampus, dalam hal ini adalah kereja sama satuan-satuan pendidikan di wilayah Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe sekitarnya dengan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Lhokseumawe.


PPL juga menjadi momen implementasi sebuah kalimat bijak yang sering didengar “Sebaik-baiknya belajar adalah dengan mengajar. Ungkapan ini, jika disandingkan dengan makna yang senada, maka akan didapati kalimat indah dalam kitab adabul ‘ālim wal muta’allim yang berbunyi: “al-‘ilmu bilā ‘amalin kasy-syajari bilā ṡamarin”, Ilmu yang tidak dimalkan bagaikan pohon yang tak berbuah. Dan jika disandingkan lagi dengan kalimat yang lebih agung, maka akan didapati Sabda Nabi Muhammad saw. dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Bukhari, bahwa Rasulullah bersabda: “Khairukum man ta’allma al’Qur’āna wa ‘allamahu”, sebaik-baik kamu adalah yang belajar Al-Qur’an dan kemudian mengajarkannya.
Untuk itu pulalah kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) Tahun Akademik 2022/2023 dengan tema “Mewujudkan Calon Tenaga Pendidik dan Kependidikan Profesional, Islami, dan Berwawasan Global” dilaksanakan. Kegiatan ini berlangsung selama tiga bulan, sejak tanggal 15 September 2022 dan berakhir pada tanggal 15 November 2022. 


Tujuan PPL adalah untuk melatih mahasiswa FTIK yang yang memiliki profil sebagai calon guru agar memiliki kemampuan memperagakan kinerja dalam keadaan nyata, yaitu kegiatan belajar mengajar maupun tugas-tugas keguruan lainnya di ruang kelas yang sesungguhnya. Sementara pengalaman sebelumnya yang didapat mahasiswa hanya dari kegiatan micro teaching di ruang belajar kampus, dan pada PPL-lah mereka diterjunkan langsung di lingkungan sekolah yang sesungguhnya.


Praktik Pengalaman Lapangan tahun 2022 ini melibatkan semua mahasiswa semester 7 dari 8 Jurusan/Program Studi di lingkungan FTIK dengan beberapa aktivitas, antara lain adalah: 1) melaksanakan kegiatan pembelajaran terjadwal (praktik terbimbing dan praktik mandiri), 2) melakukan konsultasi dan refleksi praktik pembelajaran yang telah dilakukan, 3) membuat jurnal aktivitas, 4) mengoreksi pekerjaan siswa, dan 5) mendiagnosis kesulitan-kesulitan proses belajar mengajar.
Sub YouTube Channel Ikuti Channel YouTube Rangkang Belajar untuk mendapatkan konten baru seputar Pendidikan:

Senin, 17 Oktober 2022

Membangun Komitmen melalui Rapat Kerja FTIK IAIN Lhokseumawe

Rangkang Belajar. Dalam rangka penguatan, penyamaan persepsi terhadap program kerja yang telah disusun sebelumnya, Pimpinan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Lhokseumawe mengadakan kegiatan rapat kerja yang berlokasi di Grand Renggali Hotel Takengon, dengan mengangkat tema “Arah Pengembangan FTIK IAIN Lhokseumawe Menuju Established University”. 
Dekan FTIK, Dr. Jumat Barus, M.S. mengundang jajarannya yang terdiri dari para Wakil Dekan, Ketua Jurusan, Sekretaris Jurusan, Koordinator Gugus Kendali Mutu (GKM) Jurusan, Ketua GKM FTIK, Pengawas Jurnal di lingkungan FTIK, dan Kabag./Kasubbag. Akademik FTIK beserta para stafnya. Turut hadir dalam kegiatan rapat kerja ini Rektor, Wakil Rektor III, dan baberapa tenaga kependidikan di lingkungan rektorat IAIN Lhokseumawe. 


Dalam laporan kegiatan yang berlangsung dari tanggal 14 s.d 16 Oktober 2022, Dr. Agus Salim Salabi, M.A. selaku Koordinator acara menyampaikan, “Rapat kerja FTIK menuntut para peserta yang dibagi ke dalam empat komisi untuk berdiskusi, mengevaluasi kegiatan yang telah berjalan, mengurai secara mendalam dan konkret kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan ke depannya dengan menentukan luaran, lokasi, pelaksana, pembiayaan, serta memberikan rekomendasi yang dipaparkan oleh masing-masing perwakilan komisi." Hal ini sebagai usaha nyata dalam menapaki tangga pertama (fase penataan/meusanet) untuk menuju IAIN sebagai Established University di tahun 2025 sebagaimana roadmap yang tercantum dalam Rencana Induk Pengembangan IAIN Lhokseumawe.


Dalam paparan materi tentang “Arah dan Tujuan FTIK dalam Pengembangan Fakultas pada Tahap Penataan (Meusanet) 2021-2025”, Dr. Jumat Barus, M.S. menyatakan, bahwa visi FTIK adalah "FTIK Unggul di Tingkat ASEAN, Berbasis Digital dan Kearifan Lokal Tahun 2040". Karenanya, untuk menggapai mimpi itu, FTIK memilik sasaran sebagai berikut:
  1. Lebih dari 50% lulusannya harus memiliki IPK  di atas 3.50, memiliki skor TOEFL atau TOAFL lebih besar 500, berkarakter islami dan kearifan lokal, memiliki kemampuan IT yang baik, dan bekerja sesuai bidang keilmuan. 
  2. Lebih dari 50% dosen berkualifikasi doktor, dan lebih dari 50% menduduki jabatan Lektor Kepala atau Guru Besar.
  3. Proses pembelajaran berbasis IT dan riset didukung oleh sarana dan prasarana yang lengkap.
  4. 60% dari kegiatan di laboratorium dan ekstrakurikuler berorientasi pada pengembangan kecerdasan intelektual, emosional, spritual, sosial, minat dan bakat, serta edupreneur mahasiswa. 
  5. 40% penelitian sebagai basis pengembangan keilmuan, pembelajaran, dan transformasi sosial.
  6. Mencapai  lebih dari 50 kerja sama dengan instansi pemerintah/swasta berskala lokal, lebih dari 50 kerja sama berskala nasional, dan lebih dari 10 kerja sama berskala internasional.
  7. Minimal 40% Program Studi terakreditasi Unggul. 
  8. Minimal 80% Jurnal Ilmiah terakreditasi Sinta 4, 3, dan 2.

Untuk dapat mewujudkan cita-cita institusi sebagaimana yang tersimpul dalam visi IAIN, yaitu: "Menjadikan IAIN Lhokseumawe unggul di tingkat ASEAN dalam bidang pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat, dan kelembagaan berbasis digital dan kearifan lokal pada 2040”, Rektor IAIN Lhokseumawe, Dr. Danial, M.Ag. mengingatkan kepada peserta rapat kerja FTIK akan pentingnya knowledge management; yaitu bagaimana pengetahuan dikelola oleh individu kemudian menjadi sebuah kekuatan kolektif untuk pengembangan Fakultas”. Rektor juga menguatkan: “Kumpulkan semua potensi dan kurangi semua kelemahan yang ada di masing-masing unit kerja”.


Rapat Kerja FTIK IAIN Lhokseumawe juga diisi dengan outboud dalam rangka membangun tim (team building) di hari terakhir, Ahad, 16/10/2022. Selain kecerian, keakraban, dan kesetaraan, para peserta juga dapat mengambil banyak pembelajaran terkait nilai-nilai komitmen, komunikasi, trust, kesiap-siagaan, fokus kerja, dan teamwork dari permainan-permainan yang disajikan. (Admin).
Sub YouTube Channel Ikuti Channel YouTube Rangkang Belajar untuk mendapatkan konten baru seputar Pendidikan:

Ikuti Channel YouTube

Connect