Senin, 11 Maret 2024

Marhaban Ya Ramadan

Oleh: Milas Suga


Terlepas dari adanya perbedaan mengawali puasa Ramadan bagi umat Islam Indonesia, sepatutnya kita menyambut ṣiyām dengan suka cita. Menyambut dengan gembira penuh rasa syukur akan datangnya bulan Ramadan adalah dengan men-tarḥīb Ramadan yang biasanya diucapkan dengan: "Marhaban Ya Ramadan".

Kata tarḥīb dalam bahasa Arab berasal dari kata raḥḥaba, yuraḥḥibu, tarḥīban yang berarti 'melapangkan dada', 'menyambut dengan mesra’, ‘senang hati dan suka cita.' Dalam konteks ini, tarḥīb adalah menyambut bahagia atas datangnya bulan suci Ramadan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, marhaban mempunyai arti "selamat datang", di mana marhaban diucapkan kepada tamu untuk menggambarkan, bahwa tamu disambut dengan hati lapang penuh kegembiraan. Ra-ḥa-ba juga dapat berarti tempat perhentian musafir untuk memperbaiki kendaraan dan mengambil bekal perjalanan. Dari kedua makna tersebut dapat disimpulkan, kata marhaban mengandung nilai, bahwa bulan Ramadan adalah tamu agung yang disambut dengan kegembiraan dan lapang dada didasarkan oleh kesadaran bahwa melalui bulan ini kita dapat memperbaiki kesalahan sikap serta mengambil bekal perjalanan menuju akhirat dengan memperbanyak kesalehan.

Rasulullah saw. men-tarḥīb Ramadan, bahkan dua bulan sebelumnya. Sebagaimana diriwayatkan Anas bin Malik ra., ketika memasuki bulan Rajab Nabi saw. berdoa, Beliau bersabda:

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ، وَشَعْبَانَ، وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

"Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Syakban, dan sampaikanlah umur kami di bulan Ramadan." (HR. Imam Ahmad dan Ath-Thabrani).

Hal ini menjadi penting guna menanamkan kerinduan kita kepada Ramadan sekaligus sebagai upaya persiapan mental, spiritual, dan intelektual. Tanpa persiapan mental, spiritual, dan intelektual, puasa Ramadan hanya akan menjadi kegiatan ritual keagamaan tahunan tanpa makna, sebagaimana sabda Nabi saw.:

رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إلَّا الْجُوعُ وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إلَّا السَّهَرُ

"Berapa banyak orang yang berpuasa, tidak mendapat pahala puasa kecuali hanya lapar dan haus saja. Berapa banyak orang yang bangun malam (Qiyām Ramadān), tidak mendapat pahala kecuali hanya begadang/bangun malam" (HR. An-Nasa’i dan Ibnu Mājah). 

Dengan persiapan dan bekal yang maksimal disertai dengan hati yang gembira, akan mampu meraih sukses Ramadan secara optimal. Untuk itu, Rasulullah saw. mengkondisikan umatnya agar gembira menyambut Ramadan dengan menyampaikan keutamaan-keutamaannya, di mana Nabi saw. pernah bersabda:

ﻗَﺪْ ﺟَﺎﺀَﻛُﻢْ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥُ، ﺷَﻬْﺮٌ ﻣُﺒَﺎﺭَﻙٌ، ﺍﻓْﺘَﺮَﺽَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺻِﻴَﺎﻣَﻪُ، ﺗُﻔْﺘَﺢُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ، ﻭَﺗُﻐْﻠَﻖُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﺤِﻴﻢِ، ﻭَﺗُﻐَﻞُّ ﻓِﻴﻪِ ﺍﻟﺸَّﻴَﺎﻃِﻴﻦُ، ﻓِﻴﻪِ ﻟَﻴْﻠَﺔٌ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِﻦْ ﺃَﻟْﻒِ ﺷَﻬْﺮٍ، ﻣَﻦْ ﺣُﺮِﻡَ ﺧَﻴْﺮَﻫَﺎ ﻓَﻘَﺪْ ﺣُﺮِﻡَ

"Telah datang kepada kalian Ramadan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surga dibuka padanya. Pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan seribu bulan. Barangsiapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi (mendapatkan kebaikan di waktu lain)" (HR. Ahmad, no. 8979 dan An-Nasai, no. 2106 dan dishahihkan Syekh Albani dalam Shahih At-Targhib, IV/129).

Imam Ibnu Rajab Al-Hambali mengomentari hadis ini dengan mengatakan: "Sebagian ulama berkata, bahwa hadis ini adalah dasar pijakan mengucapkan tahni’ah (ucapan selamat) dengan datangnya bulan Ramadan" (Lathaif Al-Ma'arif, I/490) dan saling mendoakan, seperti dengan mengucapkan: "Ramadan Mubārak atau Ramadan Karīm, semoga Allah menerima amal ibadah kita" dan yang sejenisnya.

Saat perintah puasa diturunkan (al-Baqarah: 183), hal pertama yang disampaikan Nabi saw. kepada para sahabat kala itu yang berlanjut sampai kepada kita saat ini, bahwa di dalam bulan Ramadan banyak keutamaan. Hal tersebut yang menjadikan puasa kita menjadi spesial dibanding puasa-puasa yang dilakukan orang-orang sebelum kita atau kaum lainnya. Kata aṣ-ṣiyām disebutkan sembilan kali di dalam Al-Qur’an yang memiliki arti spesifik (ada aturan, ada ketentuan yang harus diikuti). Di dalam pelaksanaan aṣ-ṣiyām yang istimewa ini terkandung hal-hal berikut:
  1. Aṣ-ṣiyāmu junnah (puasa adalah perisai) yang mampu membentengi kita dari setan. Jika puasa dilakukan dengan benar, maka akan berdampak pada terjauhnya ṣāim (orang yang berpuasa) dari godaan setan. Sehingga ia terdorong untuk melakukan amal yang saleh dan menahan diri dari amal yang salah. Kalau datang Ramadan, maka bagi “orang-orang yang berpuasa dengan benar” akan mendapatkan fadilahnya, yaitu: a) dibukakan pintu-pintu surga, b) pintu-pintu neraka ditutup, dan c) setan dibelenggu.
  2. Aṣ-ṣiyāmu lī, wa ana ajzī bihi (Allah langsung memberikan takaran pahalanya). Setiap kebaikan yang berpotensi mendatangkan pahala dilipatgandakan Allah dalam bulan Ramadan minimal sepuluh kali lipat.
  3. Hanya Ramadan yang siang dan malamnya penuh ampunan Allah. Kapan pun setiap muslim bisa meminta ampunan Allah, namun ada waktu-waktu yang strategis (seperti, 1/3 malam, di antara azan dan iqamah, dll.) dan tempat-tempat yang efektif (seperti: mihrab, masjid, dll.), yang mana setiap doa seorang muslim sangat cepat dikabulkan. Dan Ramadan menggabungkan kedua dimensi tersebut (siang dan malamnya).
Begitu agungnya bulan Ramadan sehingga banyak ungkapan-ungkapan yang mampu merepresentasikan rasa kegembiraan dan kerinduan dalam menyambutnya. Termasuk ungkapan di dalam beberapa bait lirik lagu-lagu yang indah menggugah jiwa berikut:

“Kumenantimu saban waktu, bangkit jiwaku. Kau suluh hatiku dengan sinar kudus kasihmu. Kuharapkan terus bersamamu, selamanya. Ramadan... Ramadan... Ramadan di hati”
Ramadan... Ramadan kumohon usah pergi” (Maher zain, http://smarturl.it/MaherZainChannel).

“Ramadan datang alam pun riang menyambut bulan yang berkah. Umat berdendang kumandang azan pertanda hati yang senang” (Tompi, https://www.youtube.com/watch?v=cgJTpIAzBt0). 

“Ramadan tiba semua bahagia. Tua dan muda bersuka cita. Bulan ampunan, bulan yang berkah, bulan terbebas api neraka. Andaikan saja Ramadan semua bulan yang tiba, bulan yang ada, karena besarnya setiap pahala yang dijanjikan kepada kita” (Opik, https://www.youtube.com/watch?v=pWn1lz4qvH0). 

Lirik yang terdapat di dalam lagu pun bukan sekadar menjadi karya tapi mampu menjadi nasihat, yang menginspirasi dan memiliki nilai tambah bagi yang mendengar. Di dalam musik/nada ada rasa, maka lirik yang sarat dengan nasihat dan hikmah kemudian disampaikan sehingga menyentuh rasa, membuka ruang muhasabah bagi si pendengar untuk merenung mengambil hikmah, akan menjadi berkah dan pahala bagi penciptanya. "Marhaban ya Ramadan". 

Wallāhu a’lam biṣṣawāb

Referensi:
  1. Widya Lisfianti. Arti Marhaban Ya Ramadhan. https://www.tribunnews.com/nasional/2022/03/29/arti-marhaban-ya-ramadhan-lebih-dari-sekedar-selamat-datang.
  2. Ahmad Kusyairi Suhail. Sambut Ramadhan dengan Suka Cita; Marhaban ya Ramadhan. https://news.detik.com/kolom/d-6013010/sambut-ramadhan-dengan-suka-cita-marhaban-ya-ramadhan.
  3. https://www.youtube.com/watch?v=GU59no0BBrw.
  4. http://smarturl.it/MaherZainChannel.
  5. https://www.youtube.com/watch?v=cgJTpIAzBt0.
  6. https://www.youtube.com/watch?v=pWn1lz4qvH0.
Sub YouTube Channel Ikuti Channel YouTube Rangkang Belajar untuk mendapatkan konten baru seputar Pendidikan:

Tags :

bm
Created by: Admin

Media berbagi informasi dan pembelajaran seputar Pendidikan Islam (PEDI), Manajemen Pendidikan Islam (MPI), dan Lembaga Pendidikan Islam.

Posting Komentar

Ikuti Channel YouTube

Connect