Senin, 15 Februari 2021

Surat-suratku yang Tak Pernah Dibaca

Ketika aku sampai di atas bukit yang gundul

terlihatlah negeriku yang makmur,

maka cintaku pun semakin bersemi

dan semangat juangku pun menjadi-jadi.


Tapi ketika kuturuni bukit 

menembus semak belukar, padang ilalang menuju kota,

kulihat taman kamboja semakin lebat dan penghuninya semakin padat.

Maka kukirim surat kepada Walikota

agar kuburan jadi gedung betingkat saja,

agar setan kuburan tak mau lagi di situ

karena sudah benderangnya lampu-lampu.


Aku melangkahkan kaki di kota.

Ketika kakiku menyentuh tanah, kakiku basah.

Ternyata air menggenangi jalan

karena jalan tanpa selokan tertutup orang jualan

sementara hujan turun dengan deras

lantaran di hutan kayunya habis ditebas.

Maka kukirim surat kepada penguasa hutan

agar tidak dipotong payung hijau itu.


Penguasa hutan matanya membelalak 

dan pencuri kayu berteriak, "Kami kelaparan, laki-bini, anak-beranak".

Lalu banjir pun datang menerpa

terendamlah ladang dan kota

sampai banjir merendam halaman istana.


(By: Mihar)

Tags :

bm
Created by: Admin

Media berbagi informasi dan pembelajaran seputar Pendidikan Islam (PEDI), Manajemen Pendidikan Islam (MPI), dan Lembaga Pendidikan Islam.

Posting Komentar

Ikuti Channel YouTube

Connect