Rabu, 15 Desember 2021

Pelatihan Manajerial Kepesantrenan: Character Building Melalui Asrama Santri sebagai Bekal Menapaki Abad 21

Rangkang Belajar | Semangat untuk mengembalikan ruhul ma’had, membumikan budaya pesantren yang mulai terkikis terdengar begitu tegas dari tutur kata Dr. H. Hafifuddin, M.Ag. Pimpinan Dayah Terpadu Al-Muslimun yang berlokasi di Jl. Banda Aceh-Medan, Desa Meunje, Km.307, Kecamatan Lhoksukon, Kabupaten Aceh Utara.

Dr. H. Hafifuddin, M.Ag. (Pimpinan Dayah Terpadu Al-Muslimun) menyampaikan kata sambutan dalam kegiatan Pelatihan Manjerial Kepesantrenan

Abuya Hafifuddin dikenal sebagai tokoh transformasi lembaga pendidikan tinggi. Hal ini dibuktikan dengan pengalaman beliau dalam memimpin STAI Malikussaleh periode 2001-2004. Pada masa kepemimpinannya, STAI Malikussaleh Lhokseumawe menuju penegerian dengan ditandatanganinya keputusan Presiden Megawati Soekarno Putri Nomor 2 tentang Penegerian Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Malikussaleh Lhokseumawe pada tanggal 5 Januari 2005. Pasca Penegerian lembaga pendidikan tinggi ini, Abuya Hafifuddin kembali mendapatkan amanah melanjutkan estafet kepemimpinannya untuk periode 2006-2010. 

Beristirahat sejenak dari kepemimpinannya, pada tahun 2010-2013, Abuya Hafifuddin kembali terpilih sebagai Ketua STAIN Malikussaleh Lhokseumawe periode 2014-2018. Belum sempat menghabiskan masa jabatan hingga tahun 2018, Abuya Hafifuddin berhasil melakukan alih bentuk Sekolah Tinggi ini menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Lhokseumawe dengan terbitnya Peraturan Presiden nomor 72 tahun 2016. Selanjutnya Presiden RI melalui Menteri Agama R.I. menunjuk Dr. Hafifuddin, M. Ag., melanjutkan amanah kepemimpinan (Rektor) untuk jangka waktu 2017-2021.

Atas dasar pengalaman leadership tersebut, sangat diyakini bahwa Dr. H. Hafifuddin, M.Ag. yang didampingi oleh Dr. Tgk. Zulfikar Ismail, LC., M.A. (Direktur Pendidikan) mampu membawa Dayah Al-Muslimun Lhoksukon untuk menggapai impian sebagaimana yang tertuang di dalam visinya: “Menjadi dayah terpadu unggul dan panutan dalam mencetak cendikiawan muslim yang memiliki kemantapan akidah, kedalaman spiritual, keluhuran akhlak dan keluasan ilmu melalui proses pendidikan yang integratif dan komprehensif”. Dengan visi ini, para pimpinan sangat antusias dalam mempersiapkan lulusan-lulusan yang kelak mampu bersaing di era globalisasi bukan saja di bidang akademik (kognitif), tapi juga skill (psikomotorik) yang ditopang dengan soft skill-karakter (afektif).

Di antara langkah-langkah yang dilakukan Abuya Hafifuddin dan tim adalah program peningkatan kapasitas para asatizah guna memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan kreativitas dalam pengajaran, pendidikan, dan pengasuhan para santri dengan menghadirkan beberapa narasumber yang mumpumi di bidang manajerial dan kepesantrenan serta para cendikiawan yang berkiprah sebagai akademisi.

Salah satu kegiatan peningkatan kapasitas asatiz adalah Pelatihan Manajerial Kepesantrenan yang dilaksanakan pada tanggal 12/12/2021 dengan menghadirkan Dr. Agus Salim Salabi, M.A., salah satu alumni awardee program 5000 Doktor Kemenag RI 2017 yang menyelesaikan pendidikannya pada Program Studi Manajemen Pendidikan Islam (Konsenterasi Manajemen Pendidikan Pesantren) tahun 2020 lalu di IAIN Jember. Sebagai narasumber yang sempat diuji oleh Abuya Hafifuddin dalam sidang terbuka disertasi tanggal 8 Oktober 2020, Salabi membahas tema: “Character Building Melalui Asrama Santri sebagai Bekal Menapaki Abad 21”.

Dalam materi yang disajikannya, disimpulkan bahwa riset World Economic Forum (WEF) 2020 menetapkan 10 kemampuan utama yang paling dibutuhkan untuk menghadapi era globalisasi (revolusi industri 4.0 dan era society 5.0), yaitu: bisa memecahkan masalah yang komplek, berpikir kritis, kreatif, kemampuan memanajemen manusia, bisa berkoordinasi dengan orang lain, kecerdasan emosional, kemampuan menilai dan mengambil keputusan, berorientasi mengedepankan pelayanan, kemampuan negosiasi, serta fleksibilitas kognitif. Para lulusan juga harus membekali dirinya dengan kecakapan hidup abad 21, yaitu: creativity (kretatif), critical thingking (bernalar dan berpikir kritis), communication (komunikasi), collaboration (mampu berkolaborasi), dan character building (perilaku/ karakter/moral). Bekal karakter inilah yang menjadi proyeksi pendidikan abad ke-21 dan diakui dunia.

Character building diyakini menjadi sebuah jalan yang dapat digunakan untuk membentuk insan yang prima sehingga diharapkan dapat memiliki soft skill yang prima pula. Data menunjukkan 60% keberhasilan seseorang dalam menjalani hidup dipengaruhi oleh soft skill, seperti: kemampuan bekerja secara kolaborasi, berkomunikasi dengan jelas, kreatif dan inovatif, rendah hati, selalu bersikap positf, hidup dalam keluarga yang harmonis, fokus, dll. 

Asrama santri diyakini pula menjadi laboratorium alam dalam mengimplementasikan nilai-nilai karakter yang diperoleh dari pembelajaran formal di kelas-kelas. Asrama santri sangat berpotensi untuk dijadikan wahana pengembangan afektik melalui: a) kegiatan keagamaan, b) mengasah kepekaan dan sikap pro-sosial, misalnya dengan mengunjungi panti jompo, melakukan gotong royong membersihkan gampong, dll., c) membangun nilai-nilai karakter melalui kegiatan rutin santri, misalnya antrean saat makan malam yang dapat menumbuhkan sabar dan menghargai orang lain.

Asrama santri dapat pula dijadikan sebagai wadah berorganisasi dengan membentuk lembaga siswa dalam rangka mengembangkan skill kepemimpinan, membangun harkat dan martabat, serta menanamkan rasa percaya diri dan tanggung jawab. Pembiasaan dan pengembangan kemampuan berbahasa asing (misalnya bahasa Arab dan Inggris) juga dapat dilakukan di asrama santri, di mana bentuk kegiatan untuk mendukung proses pembiasaan berbahasa asing tersebut dapat dilakukan dengan pemberian kosa kata, praktik harian bahasa Arab/Inggris, lomba-lomba pidato, bercerita, debat dan menulis dalam bahasa Arab/Inggris, dll.

Buku Hadis-Hadis Parenting diserahkan langsung oleh penulisnya Tgk. Muhammad, M.TH..kepada narasumber sebagai cenderamata 

Untuk itu para musyrif (pembimbing santri di asrama) harus mampu berperan sebagai orang tua (ayah-ibu) dalam membimbing, mengasuh, mengayomi penghuni asrama. Mereka disarankan memiliki empat kompetensi dasar, yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Para musyrif juga dituntut memiliki kemampuan memahami psikologi anak, dan keterampilan membangun hubungan interpersonal, serta memiliki kepedulian terhadap masalah-masalah santri di luar jam pelajaran formal dan menguasai manajemen asrama. Para musyrif harus mampu menciptakan iklim belajar yang positif serta mampu memberikan dorongan semangat dengan empati, dan yang terpenting adalah mampu menjadi role model bagi para santri di asrama.

Abuya Hafifuddin dalam sambutannya menyatakan, bahwa kehadiran para narasumber menjadi program penting, bukan sekadar membangkitkan motivasi kerja para asatizah, tapi juga untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman lain di bidang menajemen dan kepesantrenan. (Admin)

Sub YouTube Channel Ikuti Channel YouTube Rangkang Belajar untuk mendapatkan konten baru seputar Pendidikan:

Tags :

bm
Created by: Admin

Media berbagi informasi dan pembelajaran seputar Pendidikan Islam (PEDI), Manajemen Pendidikan Islam (MPI), dan Lembaga Pendidikan Islam.

Posting Komentar

Ikuti Channel YouTube

Connect