Dialog Nasional Program Doktor UINSUNA Lhokseumawe Kupas Kiat dan Tantangan dalam Akselerasi Studi Doktoral
Rangkang Belajar | Lhokseumawe, 22 Oktober 2025 — Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sultanah Nahrasiyah (UINSUNA) Lhokseumawe kembali menunjukkan komitmennya dalam membangun budaya akademik unggul melalui kegiatan Dialog Nasional Program Doktor (S3) Studi Islam bertajuk “Akselerasi Studi Doktoral: Kiat, Tantangan, dan Solusi dalam Penyelesaian Tugas Akhir.” Kegiatan ini dilaksanakan pada Rabu malam (22/10/2025) pukul 20.00 WIB hingga selesai, dan berlangsung secara interaktif serta inspiratif.
Acara dipandu oleh Zanjibar, M.Sos., mahasiswa Program Doktor Studi Islam UINSUNA Lhokseumawe, dan menghadirkan tiga narasumber nasional yang dikenal sukses menempuh studi doktoral dalam waktu relatif singkat, yaitu: 1) Dr. Istifadah, M.Pd.I. dari UIN KH. Achmad Shiddiq Jember, Jawa Timur, yang menuntaskan studi doktoralnya di IAIN Jember hanya dalam waktu 25 bulan pada usia 51 tahun, tanpa beasiswa dan tanpa meninggalkan profesinya sebagai dosen. 2) Dr. Akhmad Muadin, M.Pd. dari UIN Sultan Aji Muhammad Idris Samarinda, Kalimantan Timur, penerima beasiswa 5000 Doktor Kemenag, yang menyelesaikan studi dalam 32 bulan pada usia 35 tahun, dengan perjuangan meninggalkan keluarga di Kalimantan Timur demi fokus menyelesaikan perkuliahan di IAIN Jember (kini UIN KHAS Jember). 3) Dr. Muhammad Fadhli, M.Pd. dari UIN Sumatera Utara Medan, juga penerima beasiswa 5000 Doktor Kemenag, yang menyelesaikan studi selama 30 bulan pada usia 33 tahun, dengan tetap membawa serta keluarga selama proses penulisan disertasi.
Acara dibuka secara resmi oleh Direktur Pascasarjana UINSUNA Lhokseumawe, Prof. Dr. Zulfikar Ali Buto, M.A., yang pada hari pelaksanaan kegiatan juga baru saja memperoleh gelar Guru Besar (Profesor kedua di lingkungan UINSUNA). Dalam sambutannya, Prof. Zulfikar menegaskan pentingnya membangun spirit akademik dan disiplin riset di kalangan mahasiswa doktoral. “Akselerasi studi bukan berarti tergesa-gesa, tetapi kemampuan menjaga ritme kerja akademik, disiplin, dan komunikasi efektif dengan pembimbing. Inilah semangat yang ingin kita tularkan melalui forum ini,” ujar Prof. Zulfikar.
Dialog nasional ini membedah empat aspek utama yang menjadi kunci percepatan studi doktoral, yakni latar akademik dan waktu studi, hubungan dengan pembimbing, tantangan dan krisis umum, serta dukungan sosial dan spiritualitas akademik. Para narasumber berbagi pengalaman konkret tentang strategi manajemen waktu dan disiplin riset yang berperan penting dalam mempercepat penyusunan disertasi.
Dr. Fadhli menegaskan, “Kritik atau koreksi dari promotor adalah bagian dari perjalanan ilmiah, bukan penghalang. Saat menempuh S3, kita harus memposisikan diri sebagai mahasiswa, bukan membawa jabatan profesional kita di dunia kerja.” Sementara itu, Dr. Istifadah menambahkan pentingnya keteguhan hati dalam menghadapi proses bimbingan: “Bolak-balik bimbingan dengan promotor terkadang membuat kita jenuh, tetapi jangan mudah menyerah. Ketekunan dan kesabaran memang harus terus dilatih, karena keduanya adalah kunci penyelesaian studi. Dukungan keluarga juga menjadi penopang utama dalam menjaga semangat selama proses bimbingan dan penyelesaian studi."
Di lain pihak, Dr. Muadin juga menyoroti aspek spiritual dan dukungan sosial yang sering kali menjadi penentu keberhasilan studi doktoral. “Saya selalu berusaha menjaga etika komunikasi dengan promotor/co. promotor, terutama saat merasa diabaikan atau ketika hasil riset dianggap belum sesuai. Dalam situasi seperti itu pendekatan spiritual sangat penting. Salat malam dan doa di sepertiga malam menjadi ruang refleksi, sementara dukungan teman seangkatan juga sangat berarti,” ungkapnya.
Pada akhir sesi dialog, para narasumber sepakat bahwa dukungan keluarga, komunitas riset, teman seangkatan, komunikasi yang baik dengan pembimbing, serta kekuatan spiritualitas pribadi merupakan faktor penting dalam menjaga motivasi hingga akhir perjalanan akademik.
Kegiatan ini dihadiri oleh mahasiswa Program Doktor Studi Islam UIN Sultanah Nahrasiyah Lhokseumawe, serta sejumlah akademisi dari berbagai kampus mitra, di antaranya IAI Miftahul Ulum Pamekasan (Madura), Universitas Islam Aceh, dan beberapa perguruan tinggi Islam lainnya di Indonesia. Antusiasme peserta tampak dari keaktifan mereka dalam sesi tanya jawab yang berlangsung hangat dan produktif. Banyak peserta mengapresiasi kegiatan ini karena memberikan pandangan realistis tentang perjuangan akademik di jenjang doktoral.
Ketua Program Doktor (S3) Studi Islam UINSUNA Lhokseumawe, Dr. Agus Salim Salabi, M.A., menyampaikan bahwa kegiatan semacam ini merupakan bagian dari agenda rutin Pascasarjana dalam rangka memperkuat ekosistem akademik dan mengembangkan kompetensi mahasiswa. “Kegiatan seperti ini adalah ruang belajar di luar kelas yang sangat penting untuk memperkaya perspektif mahasiswa doktoral, sekaligus memperkuat jejaring keilmuan antarperguruan tinggi Islam di Indonesia,” jelas Dr. Salabi.
Dengan semangat kolaborasi dan berbagi pengalaman, kegiatan ini menegaskan posisi UINSUNA Lhokseumawe sebagai pusat pengembangan studi Islam yang progresif, reflektif, dan berorientasi pada mutu riset doktoral.
Sub YouTube Channel Ikuti Channel YouTube Rangkang Belajar untuk mendapatkan konten baru seputar Pendidikan:
Tags : Artikel Berita Kita Kampus Wawasan




Posting Komentar