Sabtu, 08 Mei 2021

Dunia Telah Sakit (Bagian 2)

Oleh: Buya Mas Rahim Salaby

Korelasi antara Krisis Mental dengan Bencana Alam

Baca artikel sebelumnya: "Dunia Telah Sakit (Bagian 1)"

Rasanya tidak ada hubungan antara krisis mental dengan bencana alam. Bencana alam itu disebabkan kerena alam yang telah semakin tua lalu rusak, kerusakan alam itu jadi bencana besar bagi umat manusia. Kemungkinan yang ada hubungannya dengan bencana alam hanyalah pengrusakan hutan yang digunduli dan berakibat datangnya banjir. Tapi, kalau gunung meletus, bumi terbelah, ada letupan dahsyat di langit, apa hubungannya dengan kedurjanaan manusia? Ayat-ayat yang menceritakan peristiwa bencana alam yang dahsyat pada masa lampau itu disebabkan kerena manusia mendustakan ayat Allah. Lantas, bagaimana mungkin ini bisa terjadi?

Kita mungkin pernah mendengar, ada peristiwa akibat keteledoran seseorang, listrik di rumahnya korslet, lalu rumahnya terbakar, nyala api di rumahnya menyambar rumah tetangga yang akhirnya seluruh kawasan komplek perumahan terbakar semuanya. Apakah penyebab terbakarnya komplek perumahan itu? Tentu jawabnya “sang listrik”. Sang listrik sebenarnya tidak membakar komplek perumahan, tapi akibat energi panas listrik yang keluar dari jalur lalu menjadi api yang menyambar dan membakar.

Perumpamaan di atas dapat dijadikan perbandingan. Manusia mengaku percaya kepada Tuhan, sementara hatinya berpaling kepada kehidupan dunia yang mempesona, hati itu telah buta tidak bisa lagi menerima petunjuk. Allah selalu memberi hidayah tapi hidayah itu tidak masuk ke dalam hati manusia,  jadi energi Ilahi itu lepas ke alam. Alam tidak tahan menerima energi Ilahi, dan terjadilah yang biasa disebut dengan bencana alam, sebagai mana yang difirmankan Allah dalam Al-Qur'an: “Kalau sekiranya Kami menurunkan Al-Qur’an ini kepada gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk (patuh kepada sunatullah), lalu terpecah-belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka mau berpikir.” (QS. 59/Al Hasyr: 2)

Bumi Mengalami Penyakit Psikosis

Pada masa bangsa kita merebut kemerdekaan, rakyat juga mengalami krisis seperti yang digambarkan Al-Qur’an yaitu krisis kelaparan dan ketakutan. Getaran jiwa dari manusia yang kelaparan dan ketakutan itu mematerialisasi (mewujud menjadi makhluk) sehingga pada waktu itu muncul hama kutu dan tungau yang menyebakan berjangkitnya penyakit gatal-gatal kerena penderitaan rakyat dari tekanan penjajah. Bukan hanya itu, tapi menular pula penyakit puru dan bubul (sejenis puru yang tumbuh ditelapak kaki). Keadaan ini dalam ilmu Metafisika disebut dengan istilah “Hama Perang”.  Alam yang mematerialisasi itu sudah pernah terjadi di Mesir pada zaman Fir’aun dan Nabi Musa, sebagaimana yang diinformasikan dalam AL-Qur'an: “Maka Kami kirim kepada mereka (bangsa Mesir) topan yang dahsyat, hama belalang dan kutu, katak, ( penyakit )  darah , itulah ayat yang jelas (mematerialisasi) tapi mereka tetap sombong dan adalah mereka kaum yang berdosa.” (QS. 7/Al-A’raf:  133)

Di masa Musa, bangsa Mesir yang dikuasai Firaun telah mengalami petaka bencana alam dan munculnya makhluk melata berbentuk kutu, tungau, belalang, katak dan penyakit darah (mungkin sekarang demam berdarah) yang kesemuanya itu merupakan perwujudan (materislisasi) dari limbah pikiran manusia yang ingkar kepada Allah. Mengapa bisa terjadi yang demikian?  Anda tentu mengetahui, bahwa kotoran hewan bisa dijadikan pupuk (pupuk kandang).  Kotoran tersebut merupakan limbah, tapi bagi tanaman merupakan makanan yang amat lezat.

Limbah pikiran manusia yang kotor adalah merupakan pupuk yang sangat subur bagi perkembangan makhluk sejenis hama, maka ketika kehidupan dalam krisis yang sangat parah bermunculanlah kutu, tungau yang mengganggu. Kalau limbah pikiran kotor itu semakin menebal dan mengandung radiasi, maka yang muncul bukan hanya hama kutu tetapi bisa makhluk yang lebih besar lagi. Bila belalang terkena radiasi pikiran kotor akan melahirkan telor berjuta kali lipat, tikus, katak, bisa berkembang dengan berlipat-lipat ganda menjadi hama yang tiba-tiba saja muncul menghabiskan semua tanaman berhektar-hektar.

Waktu itu penduduk Mesir di kalangan atas begitu serakah sehingga rakyat Mesir kalangan bawah menjadi tertindas dan meletuplah energi limbah pikiran keserakahan itu dalam bentuk gelombang radiasi terhadap makhluk belalang dan belalang pun bertelur dengan berlipat-lipat ganda jumlahnya, lalu muncullah hama belalang yang dahsat. Di sisi lain, banyak rakyat yang darahnya telah dihisap oleh lintah darat, sementara dipojok lain ada orang-orang yang menjilat untuk mendapatkan kedudukan sehingga pikiran kotor ini pun mewujudkan penyakit demam berdarah. Katak bermunculan di mana-mana kerena banyaknya sehingga menjadi hama yang menjijikkan. Sisanya, umat yang penuh dengan penderitaan hidup yang tak ada lagi tempat mengadu, limbah pikiran ini pun demikian tebalnya sehingga melahirkan hama kutu dan tungau.

Penyakit yang mematerialisasi itu telah muncul di negeri kita

Pemunculan makhluk melata kecil yang diakibatkan proses materialisasi limbah pikiran manusia yang perwujudannya dalam bentuk belalang, katak, kutu, penyakit darah sudah muncul di tanah air kita yang tercinta. Di bumi Indonesia, kita perna mendengar, berhektar-hektar ladang masyarakat Lampung habis dilalap belalang. Penyakit demam berdarah menjalar di mana-mana dan sudah banyak memakan korban. Bukan hanya katak sebagai perwujudan kotoran jiwa orang yang suka menjilat, tapi tikus gemuk pun ikut menghabiskan sawah rakyat yang tidak ikut melakukan dosa. Mungkin karena keserakahan orang-orang yang keterlaluan sehingga bukan hanya hutan saja yang digunduli, tapi malah dibakar beribu-ribu hektar. Sudah kaya tapi belum lagi puas merasakan kekayaan itu sehingga menjadi ingkar kepada nikmat Allah.

Untuk menimbun kekayaan harus punya modal besar, maka dipinjamlah modal dari luar negeri dengan perhitungan dolar. Waktu meminjam nilai dolar sekitar Rp. 10.000,- dan ketika mau membayar dolar sudah bernilai Rp.14.000,- maka konglomerat pun ikut menjadi melarat. Tapi melaratnya konglomerat masih bisa sembunyi di luar negeri, sementara melaratnya orang miskin sampai menderita busung lapar.

Peristiwa-peristiwa tersebut merupakan tanda-tanda bumi kita sedang sakit keras dikarenakan umatnya telah dilanda penyakit “krisis”.  Mula-mula yang berjangkit adalah krisman (krisis iman) dan akibat krisis itu muncullah penyakit baru yaitu krismen (krisis mental). Akibat dari dua macam krisis tersebut muncul lagi krisis-krisis lain yaitu krismon (krisis moneter) karena banyak yang korupsi dan kolusi dan akhirnya muncullah krismor (krisis moral) yang berdampak banyaknya perampokan, pembegalan, perjudian, pembunuhan, pemerkosaan, dan tindak pidana lainnya. Pada puncaknya, akan muncul lagi krispol (krisis politik) yang menjadikan Wakil Rakyat di DPR hanya mewakili Partai yang belum tentu mereka siap sebagai wakil rakyat yang punya ilmu/keterampilam merencanakan bagaimana agar negeri ini menjadi aman dan makmur, bagaimana mencegah agar para penguasa tidak melakukan kesewenangan, main culik, main ciduk, money politik, nepotisme dan lain-lain.

Krisis yang muncul di bumi Indonesia, malah lebih parah dari apa yang pernah terjadi di zaman Firaun. Ini menunjukkan, bahwa umat manusia di Indonesia juga telah mengidap penyakit “krisis” yang lebih parah dari krisis di zaman Fir’aun. Kebanyakan orang-orang yang menjadi penyebab terjadinya krisis di zaman Firaun itu adalah kalangan atas dan Firaunnya sendiri yang telah melakukan kedurjanaan di bumi.

Kalau ciri-ciri krisis yang kita alami sama dengan di zaman Firaun, atau malah lebih dahsyat lagi, itu berarti pemerintah sudah seperti Firaun yang menelantarkan rakyatnya, wakil rakyat yang dipilih rakyat dengan mata buta, lalu yang terpilih itu ternyata hatinya juga buta. Maka ketika ia melangkah, ia telah menginjak rakyat atau rakyat di bawah terpijak oleh yang di atas. Keadaan masyarakat sudah seperti umat Musa yang mereka lebih mempercayai Samiri si tukang sihir dari pada ajaran Nabi mereka Musa dan Harun. Tidak jauh berbeda dengan keadaan sekarang, di mana banyak orang lebih percaya kepada dukun/paranormal daripada ayat Allah. 

Percaya kepada yang gaib yang dianjurkan Al-Quran semestinya diamalkan dengan menyadari adanya Malaikat yang selalu memperhatikan dan merekam segala perbuatan kita. Tapi realita yang populer, banyak orang percaya pada yang gaib dengan adanya hantu penunggu rumah yang bisa mengganggu, yang oleh para oknum berkedok kiai/ustaz, paranormal, hantu itu dapat diusir dengan tenaga dalam, ditangkap dan  dimasukkan ke dalam botol. Padahal, hantu yang secara ilmiah hanyalah merupakan pikiran-pikiran yang tertinggal setelah Badan Rohaninya meninggalkan dunia Kepercayaan pada hal-hal yang bersifat mistik itu merupakan virus penyakit jiwa yang merasuki kalbu lalu merusak iman dan aqidah. Tetapi, anehnya, acara menagkap hantu lebih menerik untuk ditotonton oleh banyak masyarakat.

Wallāhu a’lam

Sub YouTube Channel Ikuti Channel YouTube Rangkang Belajar untuk mendapatkan konten baru seputar Pendidikan:

Tags :

bm
Created by: Admin

Media berbagi informasi dan pembelajaran seputar Pendidikan Islam (PEDI), Manajemen Pendidikan Islam (MPI), dan Lembaga Pendidikan Islam.

Posting Komentar

Ikuti Channel YouTube

Connect